Rabu, Februari 13, 2019

MaKaTa 8 : Surah : Al-Baqarah : 5


Hasil gambar untuk al baqarah ayat 5
Edisi N0: (8) Januari 2010 M/Shafar 1431 H

Surah : al-Baqarah ayat : 5

أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Terjemahannya : Mereka itulah orang yang berada dalam hidayah ( bimbingan) Tuhan ( Allah ), dan mereka itulah orang-orang yang beruntung ( bahagia )

Mukaddimah :

Akhir sifat orang mukmin pada awal Surah al-Baqarah adalah ayat 5 ini, yakni bahwa diantara tanda-tanda orang mukmin adalah : percaya kepada yang ghaib, mendirikan shalat, berinfaq, beriman kepada al-Qur'an dan kitab serta shuhuf yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi saw, serta beriman kepada datangnya hari akhir ( qiyamah ), dan mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah orang yang benar berjalan dalam petunjuk dan hidayah Allah, di mana pada ayat ke 2 dari surah al-Baqarah telah dijelaskan bahwa al-Qur'an adalah petunjuk ( hidayah ) bagi orang yang mukmin.
Sehingga arti petunjuk dalam kontek ini adalah beriman kepada Allah dan beriman kepada rukun iman yang lainnya secara sempurna dan tertib, yang demikian ini dapat dipahami secara terbalik, bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang menyimpang dari hidayah Allah, yang tentunya akan mendapatkan akibat sesuai dengan kondisi dirinya, sebab di dalam surah al-Fatihah telah dijelaskan bahwa pertolongan yang selalu diharapkan oleh manusia adalah menjadi hamba Allah yang mendapatkan curahan kenikmatan, dan maksud kenikmatan di sini adalah hidayah Allah ( keimanan )

Bahasan : (A ) Hidayah Allah :

Hidayah atau petunjuk Allah adalah merupakan hak prerogatif Allah yang tidak satu makhluk-pun dapat memberikannya kepada yang lain, sehingga hidayah Allah harus dicari dan diupayakan, dan tidak sekedar ditunggu-tunggu. Disamping itu Allah menjadikan beberapa hal sebagai sumber hidayah, dimana ketika manusia mau mendekati atau mendatangi sumber itu, ada harapan besar untuk mendapatkan hidayah Allah, meski tidak mutlak, artinya tidak semua manusia yang mendatangi sumber hidayah itu secara otomatis mendapatkan hidayah, karena memang hidayah Allah adalah hak otoritasNya yang bisa diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan dicabut dari siapa saja yang dikehendaki pula, namun dengan mendatangi sumber hidayah Allah paling tidak telah menjalani ihtiar dan usaha untuk mendapatkan hidayah Allah.
Diantara sumber hidayah itu anatara lain : Al-qur'an, masjid dan tempat ibadah, majelis-majelis ilmu, majelis dzikir, orang mukmin dan tempat-tempat sebagai pusat kebaikan di manapun juga merupakan sumber hidayah, sehingga mereka yang mau mendatangi, kemungkinan besar akan mendapatkan, sebagaimana orang yang ingin mendapatkan air lalu ia mendatangi sumur atau sumber air, maka kemungkinan menemukan air adalah besar, meski terkadang airnya habis atau tidak ada, namun ia telah melakukan ihtiar dan usaha untuk mendapatkannya.
Sebaliknya, orang yang ingin mendapatkan air dan dia enggan mendatangi sumber air, maka jelaslah orang tersebut sama saja dengan mimpi dan berangan-angan, pun demikian orang yang hendak mendapatkan hidayah, maka sebagai bentuk usahanya dia harus mendatangi sumber-sumber hidayah.
Mengapa hidayah Allah begitu penting bagi manusia ?
Maka jawabannya tentulah karena hidayah Allah adalah satu-satunya kunci kebahagian hidup, bukan hanya di dunia fana ini saja, tapi juga kebahagiaan di alam akherat alam baqa ( keabadian ). Sehingga manusia yang menginginkan merasa bahagia dalam menjalani hidup di dunia dan di akherat kelak, tentu mutlak diperlukan " hidayah Allah " karena dengan hidayah itulah dia bisa berjalan di atas jalan yang diridloi Allah. Ibaratkan hidup di dunia ini menuju pada sebuah titik sasaran, maka hidayah Allah merupakan peta yang dapat membimbingnya menuju tepat sasaran dan agar tidak tersesat, sehingga sumber kebahagiaan hakiki bagi manusia adalah Hidayah Allah swt.

Bahasan : (B ) Kebahagiaan Manusia

Tidak bisa dipungkiri oleh siapapun manusia di dunia ini, bahwa setiap gerak hidupnya selalu bertujuan untuk menggapai kebahaiaan.
Ia bekerja membanting tulang, dia belajar dengan susuah payah dan sebagainya, tentulah dalam rangka menggapai kebahagiaan hidup.
Telah dijelaskan di depan, bahwa hakekat sumber kebahagiaan itu adalah hidayah Allah, dan diantara tanda-tanda orang yang mendapat hidayah Allah adalah orang yang beriman ( mukmin muttaqin ), maka dengan pengertian awam bahwa untuk menggapai kebahagiaan itu mutlak diperlukan pemahaman dan pemanfaatan peta hidup, agar dapat menggapai bahagia secara efektif dan efisien yakni dalam waktu yang tidak lama dan dengan pembiayaan yang tidak mahal, sebagimana hadits Nabi saw yang disampaikan sebelum beliau wafat, dan merupakan warisan beliau bagi umatnya :
Inni taroktu fiikum amroini, lan tadhillu ba'da maa tamaasaktum bihimaa, Kitaaballoh ( al-Qur'an ) wa sunnata rasuulihi ( al-Hadits)
Artinya : Aku mewariskan kepada kamu sekalian wahai umatku, dua perkara yang jikalau kalian berpegang teguh padanya dengan kuat, maka tidak akan sesat, yakni al-Qur'an dan al-Hadits.
Dan kebahagiaan yang dimaksudkan adalah kebahagiaan ganda dua alam : (1) alam dunia dan (2) alam akherat. Dan itu telah jelas saat manusia bermunajat dengan " do'a sapu jagad " " ROBBANAA AATINA FID-DUN-YAA HASANAH....... "
Dan diakhir ayat 5 surah al-Baqarah ini Allah menegaskan " wa ulaa ika humul muflihuun " / dan mereka itulah yang mendapatkan kebahagiaan. Yakni kabahagiaan dunia dan akherat, karena telah berpegang tegung pada hidayah Allah dengan beriman secara benar dan merealisasikan keimanan itu dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang dijelaskan pada hikmah-hikmah keimanan pada edisi sebelumnya.
Bagaimana seorang yang berada dalam hidayah Allah tidak bahagia? Padahal dalam menjalani peliknya kehidupan ia selalu bertujuan hanya kepadaNya. Kepentingan materi duniawi hanyalah sebagai sarana untuk Menuju kepadaNya.
Dengan keyakinan dan keimana yang benar itulah, seorang mukmin memiliki sugesti dan semangat yang luar biasa saat dia dirunduk duka dan nestapa, dan ia juga mempunyai kekuatan untuk tidak lepas dari keuasaan Allah, karena ia menyadari bahwa segala apa yang dirasakan dan diraih juga karena ijin Allah.
Kewaspadaan akan godaan hidup senantiasa memicu semangatnya untuk menjadi yang terbaik, memahami rangkaian kehidupan di dunia ini sebagai wahana lomba yang amat sulit dan melelahkan, sehingga kekuatan hidayah Allah mampu menjadi penyemangat saat ia akan jatuh ke jurang putus asa, dan di sisi lain hidayah Allah membekali kesadarannya bahwa kesuksesan hidup tidak bisa lepas dari qudrat dan irodat Allah.
Kunci dalam menggapai hidayah Allah adalah istiqomah, padahal istiqomah sulit tercipta tanpa kesungguhan dalam melakukan upaya dan ihtiar.....
Dari bahasan diatas dapatlah disipulkan secara sederhana, bahwa inti kebahagiaan yang didamba oleh semua manusia ada dalam " nuansa hidayah dan petunjuk Allah".... dan hidayah Allah harus dicari dan diupayakan, dan tidak serta merta datang dengan sendirinya. Dan upaya untuk menjadikan hidayah Allah sebagai peta kehidupan harus dibuktukan dengan amaliyah nyata, yakni meyakini dan mengimani dengan hati secara tulus, lalu mengamalkan secara istiqomah dengan amaliyah ibadah syariah jasmaniyyah.
Demikian bahasan tentang sifat orang-orang mukmin, yakni orang yang hidup dengan naungan hidayah Allah swt. semoga menjadi pemahaman yang penuh dengan barokah. Amin
Walloohu a’lamu bish-showaab
-------------------------------------------------
Manakala hati bergerak sesuai dengan al-Qur'an dan as-sunnah, maka ia menjadi dekat dengan Allah, dan manakala ia telah dekat dengan Allah, ia akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuan itulah ia dapat memilih jalan menuju kebahagiaa dan tidak tersesat ke jalan yang menghinakan...... ( Syekh Abdul Qadir Jailani : " Menangkis Bisikan Jahat, hal.24 )

0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak