Edisi
N0: (8) Januari 2010 M/Shafar 1431 H
Surah : al-Baqarah ayat : 5
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Terjemahannya : Mereka itulah orang yang berada dalam hidayah ( bimbingan) Tuhan ( Allah ), dan mereka itulah orang-orang yang beruntung ( bahagia )
Terjemahannya : Mereka itulah orang yang berada dalam hidayah ( bimbingan) Tuhan ( Allah ), dan mereka itulah orang-orang yang beruntung ( bahagia )
Mukaddimah :
Akhir sifat orang mukmin pada awal Surah al-Baqarah adalah ayat
5 ini, yakni bahwa diantara tanda-tanda orang mukmin adalah : percaya kepada
yang ghaib, mendirikan shalat, berinfaq, beriman kepada al-Qur'an dan kitab
serta shuhuf yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi saw, serta beriman
kepada datangnya hari akhir ( qiyamah ), dan mereka yang memiliki sifat-sifat
tersebut adalah orang yang benar berjalan dalam petunjuk dan hidayah Allah, di
mana pada ayat ke 2 dari surah al-Baqarah telah dijelaskan bahwa al-Qur'an
adalah petunjuk ( hidayah ) bagi orang yang mukmin.
Sehingga arti petunjuk dalam kontek ini adalah beriman kepada Allah dan beriman kepada rukun iman yang lainnya secara sempurna dan tertib, yang demikian ini dapat dipahami secara terbalik, bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang menyimpang dari hidayah Allah, yang tentunya akan mendapatkan akibat sesuai dengan kondisi dirinya, sebab di dalam surah al-Fatihah telah dijelaskan bahwa pertolongan yang selalu diharapkan oleh manusia adalah menjadi hamba Allah yang mendapatkan curahan kenikmatan, dan maksud kenikmatan di sini adalah hidayah Allah ( keimanan )
Sehingga arti petunjuk dalam kontek ini adalah beriman kepada Allah dan beriman kepada rukun iman yang lainnya secara sempurna dan tertib, yang demikian ini dapat dipahami secara terbalik, bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang menyimpang dari hidayah Allah, yang tentunya akan mendapatkan akibat sesuai dengan kondisi dirinya, sebab di dalam surah al-Fatihah telah dijelaskan bahwa pertolongan yang selalu diharapkan oleh manusia adalah menjadi hamba Allah yang mendapatkan curahan kenikmatan, dan maksud kenikmatan di sini adalah hidayah Allah ( keimanan )
Bahasan : (A ) Hidayah Allah :
Hidayah atau petunjuk Allah adalah merupakan hak prerogatif
Allah yang tidak satu makhluk-pun dapat memberikannya kepada yang lain,
sehingga hidayah Allah harus dicari dan diupayakan, dan tidak sekedar
ditunggu-tunggu. Disamping itu Allah menjadikan beberapa hal sebagai sumber
hidayah, dimana ketika manusia mau mendekati atau mendatangi sumber itu, ada
harapan besar untuk mendapatkan hidayah Allah, meski tidak mutlak, artinya
tidak semua manusia yang mendatangi sumber hidayah itu secara otomatis
mendapatkan hidayah, karena memang hidayah Allah adalah hak otoritasNya yang
bisa diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan dicabut dari siapa saja
yang dikehendaki pula, namun dengan mendatangi sumber hidayah Allah paling
tidak telah menjalani ihtiar dan usaha untuk mendapatkan hidayah Allah.
Diantara sumber hidayah itu anatara lain : Al-qur'an, masjid dan
tempat ibadah, majelis-majelis ilmu, majelis dzikir, orang mukmin dan
tempat-tempat sebagai pusat kebaikan di manapun juga merupakan sumber hidayah,
sehingga mereka yang mau mendatangi, kemungkinan besar akan mendapatkan,
sebagaimana orang yang ingin mendapatkan air lalu ia mendatangi sumur atau
sumber air, maka kemungkinan menemukan air adalah besar, meski terkadang airnya
habis atau tidak ada, namun ia telah melakukan ihtiar dan usaha untuk mendapatkannya.
Sebaliknya, orang yang ingin mendapatkan air dan dia enggan mendatangi sumber air, maka jelaslah orang tersebut sama saja dengan mimpi dan berangan-angan, pun demikian orang yang hendak mendapatkan hidayah, maka sebagai bentuk usahanya dia harus mendatangi sumber-sumber hidayah.
Sebaliknya, orang yang ingin mendapatkan air dan dia enggan mendatangi sumber air, maka jelaslah orang tersebut sama saja dengan mimpi dan berangan-angan, pun demikian orang yang hendak mendapatkan hidayah, maka sebagai bentuk usahanya dia harus mendatangi sumber-sumber hidayah.
Mengapa hidayah Allah begitu penting bagi manusia ?
Maka jawabannya tentulah karena hidayah Allah adalah
satu-satunya kunci kebahagian hidup, bukan hanya di dunia fana ini saja, tapi
juga kebahagiaan di alam akherat alam baqa ( keabadian ). Sehingga manusia yang
menginginkan merasa bahagia dalam menjalani hidup di dunia dan di akherat
kelak, tentu mutlak diperlukan " hidayah Allah " karena dengan
hidayah itulah dia bisa berjalan di atas jalan yang diridloi Allah. Ibaratkan
hidup di dunia ini menuju pada sebuah titik sasaran, maka hidayah Allah
merupakan peta yang dapat membimbingnya menuju tepat sasaran dan agar tidak
tersesat, sehingga sumber kebahagiaan hakiki bagi manusia adalah Hidayah Allah
swt.
Bahasan : (B ) Kebahagiaan Manusia
Tidak bisa dipungkiri oleh siapapun manusia di dunia ini, bahwa
setiap gerak hidupnya selalu bertujuan untuk menggapai kebahaiaan.
Ia bekerja membanting tulang, dia belajar dengan susuah payah dan sebagainya, tentulah dalam rangka menggapai kebahagiaan hidup.
Ia bekerja membanting tulang, dia belajar dengan susuah payah dan sebagainya, tentulah dalam rangka menggapai kebahagiaan hidup.
Telah dijelaskan di depan, bahwa hakekat sumber kebahagiaan itu
adalah hidayah Allah, dan diantara tanda-tanda orang yang mendapat hidayah
Allah adalah orang yang beriman ( mukmin muttaqin ), maka dengan pengertian
awam bahwa untuk menggapai kebahagiaan itu mutlak diperlukan pemahaman dan
pemanfaatan peta hidup, agar dapat menggapai bahagia secara efektif dan efisien
yakni dalam waktu yang tidak lama dan dengan pembiayaan yang tidak mahal,
sebagimana hadits Nabi saw yang disampaikan sebelum beliau wafat, dan merupakan
warisan beliau bagi umatnya :
Inni taroktu fiikum amroini, lan tadhillu ba'da maa tamaasaktum
bihimaa, Kitaaballoh ( al-Qur'an ) wa sunnata rasuulihi ( al-Hadits)
Artinya : Aku mewariskan kepada kamu sekalian wahai umatku, dua perkara yang jikalau kalian berpegang teguh padanya dengan kuat, maka tidak akan sesat, yakni al-Qur'an dan al-Hadits.
Artinya : Aku mewariskan kepada kamu sekalian wahai umatku, dua perkara yang jikalau kalian berpegang teguh padanya dengan kuat, maka tidak akan sesat, yakni al-Qur'an dan al-Hadits.
Dan kebahagiaan yang dimaksudkan adalah kebahagiaan ganda dua
alam : (1) alam dunia dan (2) alam akherat. Dan itu telah jelas saat manusia
bermunajat dengan " do'a sapu jagad " " ROBBANAA AATINA
FID-DUN-YAA HASANAH....... "
Dan diakhir ayat 5 surah al-Baqarah ini Allah menegaskan "
wa ulaa ika humul muflihuun " / dan mereka itulah yang mendapatkan
kebahagiaan. Yakni kabahagiaan dunia dan akherat, karena telah berpegang tegung
pada hidayah Allah dengan beriman secara benar dan merealisasikan keimanan itu
dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang dijelaskan pada hikmah-hikmah
keimanan pada edisi sebelumnya.
Bagaimana seorang yang berada dalam hidayah Allah tidak bahagia?
Padahal dalam menjalani peliknya kehidupan ia selalu bertujuan hanya kepadaNya.
Kepentingan materi duniawi hanyalah sebagai sarana untuk Menuju kepadaNya.
Dengan keyakinan dan keimana yang benar itulah, seorang mukmin memiliki sugesti dan semangat yang luar biasa saat dia dirunduk duka dan nestapa, dan ia juga mempunyai kekuatan untuk tidak lepas dari keuasaan Allah, karena ia menyadari bahwa segala apa yang dirasakan dan diraih juga karena ijin Allah.
Dengan keyakinan dan keimana yang benar itulah, seorang mukmin memiliki sugesti dan semangat yang luar biasa saat dia dirunduk duka dan nestapa, dan ia juga mempunyai kekuatan untuk tidak lepas dari keuasaan Allah, karena ia menyadari bahwa segala apa yang dirasakan dan diraih juga karena ijin Allah.
Kewaspadaan akan godaan hidup senantiasa memicu semangatnya
untuk menjadi yang terbaik, memahami rangkaian kehidupan di dunia ini sebagai
wahana lomba yang amat sulit dan melelahkan, sehingga kekuatan hidayah Allah
mampu menjadi penyemangat saat ia akan jatuh ke jurang putus asa, dan di sisi
lain hidayah Allah membekali kesadarannya bahwa kesuksesan hidup tidak bisa
lepas dari qudrat dan irodat Allah.
Kunci dalam menggapai hidayah Allah adalah istiqomah, padahal
istiqomah sulit tercipta tanpa kesungguhan dalam melakukan upaya dan ihtiar.....
Dari bahasan diatas dapatlah disipulkan secara sederhana, bahwa
inti kebahagiaan yang didamba oleh semua manusia ada dalam " nuansa
hidayah dan petunjuk Allah".... dan hidayah Allah harus dicari dan
diupayakan, dan tidak serta merta datang dengan sendirinya. Dan upaya untuk
menjadikan hidayah Allah sebagai peta kehidupan harus dibuktukan dengan
amaliyah nyata, yakni meyakini dan mengimani dengan hati secara tulus, lalu
mengamalkan secara istiqomah dengan amaliyah ibadah syariah jasmaniyyah.
Demikian bahasan tentang sifat orang-orang mukmin, yakni orang
yang hidup dengan naungan hidayah Allah swt. semoga menjadi pemahaman yang
penuh dengan barokah. Amin
Walloohu a’lamu bish-showaab
-------------------------------------------------
-------------------------------------------------
Manakala hati bergerak sesuai dengan al-Qur'an dan
as-sunnah, maka ia menjadi dekat dengan Allah, dan manakala ia telah dekat
dengan Allah, ia akan memperoleh pengetahuan, dan dengan pengetahuan itulah ia
dapat memilih jalan menuju kebahagiaa dan tidak tersesat ke jalan yang
menghinakan...... ( Syekh Abdul Qadir Jailani : " Menangkis Bisikan Jahat,
hal.24 )
0 comments:
Posting Komentar