Minggu, Januari 27, 2019

KaMiNa 25 - Tata Cara Ber-UZLAH (a)



Edisi N0: ( 25 )   1 Maret  2018 M/  13 Jumadil Akhir 1439 H

ÄTANJAKAN KE-3 : TANJAKAN PENGHALANG  ( Bagian 7 )
PENGHALANG : MAKHLUK ( Bagian 4 )

Tata Cara Ber-UZLAH (a)
Kedua : merupakan pemuka ilmu, yang dibutuhkan masyarakat dalam hal agama, untuk menjelaskan yang benar dan yang bathil, yakni berdakwah dengan perbuatan atau dengan ucapan dan dengan lainnya, dan orang tipe ini tidak bisa sembunyi dari manusia, bahkan mereka dibutuhkan sebagai penasehat, sebagai penyebar agama Alloh dan menjelaskan hukum-hukum-Nya

Dan hal ini Rasululloh SAW bersabda :
“ Apabila timbul bid’ah dan para alim berdiam diri, maka Alloh akan melaknat mereka “ ini jika para alim itu berada di tengah masyarakat, pun ketika berada di luar masyarakatpun mereka tidak boleh UZLAH.

Telah dikisahkan bahwa Guru Abu Bakar bin Faurak berniat uzlah menyendiri dari manusia, maka saat tiba di sebuah gunung beliau mendengar sebuah seruan memanggil : “ Wahai Abu Bakar, kamu adalah salah satu bukti kekuasan Alloh untuk makhlukNya, tapi kenapa engkai tinggalkan para hamba Alloh ? : lalu beliaupun pulang kembali kerumah, dan itulah sebab beliau selalu tampak di tengah-tengah masyarakat.

Makmun bin Ahmad bercerita kepadaku, bahwa Guru Abu Ishaq berkata kepada para uzlah di gunung Libanon : “ Wahai pemakan binatang tanah ( enthung ), kalian meninggalkan umat Muhammad SAW di tengah-tengah suasana bid’ah, dan kalian sibuk di sini memakan enthung ? “ lalu mereka menjawab : “ Kami tidak kuasa hidup bersama manusiaSedang Alloh memberimu kekuatan maka kamulah yang wajib bersama mereka “ lalu beliau mengarang buku ( setelah itu ) “ al-Jami’ lil jaliyyi wal khofiyyi “ dan mereka itu bergelimang ilmu, dan aplikasi ilmi tersebut, dan pandangan yang dalam tentang perjalanan menuju kampung akherat.

Dan ketahuilah bahwa orang yang dibutuhkan manusia seperti ini, khususnya untuk menyiarkan agama, butuh berkumpul dengan manusia untuk dua keharusan mendasar :

Pertama : Kesabaran yang panjang, Kebesaran jiwa, pandangan yang lembut serta selalu memohon pertolongan kepada Alloh

Kedua : dalam kondisi seperti itu dia harus menyendiri dan terpisah dari mereka ( masyarakat ), meskipun membaur dengan mereka, jika mereka menyapanya dia harus menjawab, dan jika mereka sowan
 maka dia harus menerima

Sikap yang lain adalah :
  1. Apabila mereka mendiamkan dan berpaling darinya, maka hendaklah orang tersebut ( guru itu ) bersyukur atas sikap mereka
  2. Apabila mereka dalam kondisi benar dan baik, maka sang guru itu harus membantu mereka untuk bertahan
  3. Apabila mereka bergurau dan menjurus pada keburukan, sang guru itu harus menselisihi dan menghindari
  4. Sang guru harus tetap memenuhi hak mereka dalam hal pertemuan, sambang sinambang dan pemenuhan kebutuhan
  5. Tidak boleh meminta sesuatu untuk kebutuhannya, bahkan tidak boleh berharap mereka memenuhi kebutuhannya.
  6. Jika sang guru mampu, hendaklah bersedekah semampunya, dan berusaha bertahan untuk tidak menerima pemberian
  7. Harus mampu bertahan atas perlakuan buruk mereka, harus selalu menampakkan keceriaan, dan berhias saat bertemu dengan mereka dan menutupi kebutuhan dirinya pada mereka ( orang umum )
  8. Selalu meniadakan dirinya ( secara haqiqat ) dalam keramaian manusia. 
Sebagaimana ucapan  Umar bin Khottob :
“ Jika aku tidur di malam hari, maka aku hilangkan jiwa/nyawaku, jika aku tidaur siang aku sembunyikan rakyatku, lalu bagaimana aku bias tidur diantara keduanya ?”

Semoga menjadi ilmu yangmanfa’ah dan  berkah serta  diridloi Alloh, aamiin

( Dari kitab : Minhajul Abidin, ilaa jannati Robil ‘aalamiin, oleh : Imam al-Ghozali    hal. :    96 - 99  )

Hasil gambar untuk UZLAH

0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak