Edisi N0: ( 57 ) 31 Januari 2019 M/ 25
Jumadil Awal 1440 H
Ä “ TANJAKAN KE-3 : TANJAKAN
PENGHALANG ( Bagian 37 )
PENGHALANG KE 4
: HAWA NAFSU ( Bagian 23 )
Menjaga Perut ( Bagian 2 )
Berlebihan dan mengkonsumsi yang halal :
Adapun
( sikap) berlebihan dalam mengkonsumsi makanan yang halal sesungguhnya bencana
bagi hamba dan ujian berat bagi orang yang berjuang untuk menjadi hamba ( yang
sempurna ).
Sungguh,
setelah aku ( penulis ) merenung maka aku dapati 10 bencana yang timbul dari
sikap berlebihan dalam mengkonsumsi makanan halal :
Pertama:
Banyak makan akan membuat hati mengeras dan hilang cahayanya
Diriwayatkan
dari Nabi SAW, beliau bersabda : “ Janganlah kalian matikan hatimu dengan
banyak makan dan minum, sesungguhnya hati
seperti tanaman yang akan mati jika kebanyakan air “
Sebagian
para sholihin menggambarkan bahwa lambung itu seperti periuk yang
dijerang/dipanasi api, terletak di bawah hati, maka uapnya akan membubung
menuju hati, jika uap/asapnya banyak tentu akan mengotori hati.
Kedua :
Banyak makan mengakibatkan fitnah bagi anggota tubuh,
yang mendorong untuk bergelora dan berlebihan serta kerusakan.
Seseorang
jika kenyang berlebihan memancing mata pandangannya untuk melihat sesuatu yang
tidak berguna, dari hal-hal yang haram dan berlebihan, dan mendorong telinga
untuk berbuat begitu, dan lisan
membicarakannya, dan farji meningkat syahwatnya, dan kaki berjalan menuju yang
haram dan berlebihan.
Namun
jika lapar, maka anggota tubuh akan menjadi tenang, tidak tertarik sesuatupun
serta tidak bersemangat terhadap yang haram dan berlebihan.
Ustadz Abu Ja’far Rahimahulloh berkata : “ perut
adalah anggota tubuh, jika dia lapar maka anggota tubuh yang lain menjadi
kenyang yakni bersikap tenang tidak meminta sesuatu darimu, namun jika perut
itu kenyang maka anggota tubuh yang lain menjadi lapar.
Bisa
dipastikan, bahwa gerakan dan ucapan seseorang selalu ditentukan oleh makanan
dan minumannya, jika makan/minum yang haram maka akan keluar yang haram (
ucapan dan gerakan tubuhnya ), jika makan/minum berlebihan maka akan keluar
hal-hal yang berlenihan, seakan makanan menjadi penentu gerakan, dan gerakan
itu muncul sesuai yang dimakan.
Ketiga :
Kebanyakan makan berakibat pada
kurangnya paham dan ilmu
Sesungguhnya
ketamakan itu menghilangkan kecerdasan, Daroniyy Rahimahulloh berkata : “ jika
mengignginkan terpenuhinya hajat dunia dan akherat, maka janganlah makan hingga
saatnya, sesungguhnya makan itu merubah akal, yang demikian ini sesuatu yang
jelas dan diketahui oleh orang yang pernah melakukannya.
Keempat :
Banyak
makan mengakibatkan berat ibadah
Jika seseorang makan yang banyak baka badan menjadi
berat, mata menjadi ngantuk, dan lemas anggota tubuhnya, dan tidak berfungsi
maksimal kecuali dengan perjuangan yang berat, kecuali tidur seperti bangkai
yang terbuang, telah dikatakan : “ jika kamu perutmu besar ( karena banyak makan ) maka
bersiaplah untuk sakit akut yang berkepanjangan.
Kisah Nabi Yahya dan iblis :
Suatu
saat iblis menunjukkan kepada nabi Yahya gantungan-gantungan, lalu nabu Yahya
bertanya : “ apa ini ? “ iblis menjawab : “ ini adalah umpan untuk menjerat
manusia “ Nabi Yahya bertanya : “ apakah aku bisa terjerat dengan itu ?”, iblis
menjawab : “ tidak, kecuali jika engkau kenyang pada malam hari, maka aku
beratkan dirimu untuk sholat”, lalu nabi Yahya berkata : “ kalau begitu aku
tidak pernah kenyangkan perutku di malam hari selamanya“ dan iblis berkata : “
kalau begitu, aku akan selalu nasehatkan seseorang untuk itu selamanya “,
Nabi
Yahya adalah orang yang kenyang di satu malam dan lapar selamanya, lalu
bagaimana orang yang tidak pernah lapar satu malam-pun, lalu dia tamak untuk
ibadah ?
Abu
Sufyan berkata : “ ibadah itu adalah suatu mata pencaharian, dan kholwat adalah
tokonya, dan alat ( pembayarannya ) adalah berlapar-lapar.
B e r s a m b u n g----------------------------------------------
=============================================
wallohu a’lam bis-showab
Semoga menjadi ilmu yang manfa’ah dan berkah serta
diridloi Alloh, aamiin
( Dari
kitab : Minhajul Abidin, ilaa jannati Robil ‘aalamiin, oleh : Imam
al-Ghozali hal. 163 - 165 )
0 comments:
Posting Komentar