Minggu, Februari 10, 2019

MuKaFi 14 - Tentang Adzan dan Iqamah ( Bagian 1 )

Gambar terkait
Edisi N0: (14 ) 3Oktober  2016 M/  3 Muharram -1438 H

 è Pasal 3 : Adzan dan Iqamah
Akan dibahas : 
(a) tentang arti adzan, (b) disyari’atkan dan keutamaan serta hikmahnya, syarat, tata cara, sunnah        dan  makruhnya, jawaban atas adzan yang dikumandangkan, dan yang sebaiknya dilakukan          setelah adzan, (c)  hukum-hukumnya. (d) Tata caranya

a. Arti Adzan = secara harfiyah adalah pemberitahuan, sebagaimana firman Alloh :
        Arti berdasarkan nash al-Qur'an :
        a. Surat at-Taubah ayat 3
وَأَذَانٌ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ إِلَى النَّاِس
Artinya : " Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya"  
وَأَذِّنْ فيِ النَّاسِ بِاْلحَجِّ 
Artinya : " Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji" 

Dan arti secara istilah syari’at adalah : Ucapan khusus untuk memberitahukan datangnya waktu sholat fardlu

b. Disyari’atkan dan keutamaan adzan
      Dijelaskan dalam al-qur’an, al-hadits dan menurut ijma’ ulama bahwa adzan disyari’atkan karena keutamaannya yang besar dan pahalanya yang agung.
۩ Dalil qur’annya adalah : Q.S. al-Maidah :5/58
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلىَ الصَّلاَةِ.......  
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, 

۩ Dalil dari al-Hadits :
إِذَا حَضَـَرتِ الصَّلاَةُ، فَلْيُؤَذِّنُ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلِيُؤَمَّكُمْ أَكْبَرَكُمْ (مِنْ رِوَايَةِ مَالِكِ بْنِ اْلحُوَيْرِثْ )
Jika datamg waktu sholat hendaklah salah satu diantara kalian ber-adzan, dan  hendaklah yang paling dewasa 

menjadi imam ( dari riwayat Malik bin al-Huwairits

اَْلمُؤَذِّنُ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ اْلقِيَامَةِ 
رواه مسلم وأحمد وابن ماجه عن معاوية 
“ Muadzin itu yang paling panjang lehernya pada hari kiamat ( HR. Muslim,Ahmad dan Ibnu Majah dari Muawiyah )

Menurut Imam Syafi’I dan Hmbali : Adzan dan iqamah itu lebih utama daripada imam sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’an, Q.S. Fushilat : 33/41 ) :
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلىَ اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا  
       “ Dan siapakah yang melebihi baiknya ucapan, selain memanggil kepada Alloh dan beramal sholih? “        ( Q.S. Fushilat : 41/33)

c.    Hukum Adzan
     Menurut Jumhur Ulama, Adzan dan iqamah hukumnya sunnah muakkadah bagi lelaki yang hendak berjamaah di masjid untuk sholat lima waktu dan shlat jum’ah, bukan yang lainnya seperti shalat Id, Gerhana, Tarweh, dan shalat Jenazah. Yang cukup dengan ucapan : الصَّلاَةُ جَامِعَةِ
Adapun bagi jamaah wanita cukup hanya iqamah tanpa adzan, kuatir timbul fitnah dari suara wanita
►Sedangkan adzan bagi jamaah yang ketinggalan atau sholat jamaah di luar masjid, menurut Imam Syafi’i jg lebih baik dilakukan, tanpa menyaringkan suara, atau hanya dengan iqamah saja.

d. Sarat adzan : adalah sebagai berikut : (1 ) memasuki waktu sholat, dan haram hukunya bila belum masuk waktu sholat. (2) memakai bahasa Arab (3) Bisa di dengar oleh jamaah, (4) Tertib dan diulang-ulang sesuai dengan sunnah (5) Tidak boleh dilakukan oleh dua orang secara bergantian, namun apabila beberapa orang ( 2 atau lebih ) melakukan azdan secara bersamaan dan tidak bergantian, maka hukumnya boleh/ sah (6 ) Muadzin harus seorang muslim, berakal/mumayyiz dan laki-laki.. tidak sah adzannya waria, karena tidak jelas statusnya.

e. Tatacara Adzan dan sifat-sifat adzan = 
      Para ulama sepakat dalam rangkaian ucapan adzan dan iqamah sebagaimana yang dikumandangkan oleh bilal, tanpa menambah dan mengurangi, dan menambahkan kalimat dalam adzan subuh :
الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِّنَ النَّوْمِ
“ Sholat lebih baik daripada tidur “
          Sebanyak dua kali.

Adapun rangkaian kalimat adzan adalah sebagai berikut :
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر،
 أشهد أن لا إله إلا الله، أشهد أن لا إله إلا الله،
 أشهد أن محمدا رسول الله، أشهد أن محمد رسول الله،
 حي على الصلاة، حي على الصلاة،
 حي على الفلاح، حي على الفلاح،
 الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله
f. Sunnah Adzan : 
(1) Muadzin bersuara lantang dan nyaring serta bagus, 
(2) Berdiri di tempat yang tinggi agar terdengar adzannya
(3) merdeka, baligh, adil, terpercaya dan mengetahui waktu sholat 
(4) mempunyai wudlu/ telah suci dari hadats kecil apalagi besar,
(5 ) Bisa melihat agar dapat mengetahui waktu sholat, 
(6) Meletakkan jari telunjuk di kedua telinga, agar suaranya nyaring
(7) Tidak terburu-buru/ tumakninah
(8) Menghadap kiblat, dan saat membaca ” hayya ’alash sholah” dan ” hayya ’alal             falaah ” menghadap serong kanan dan serong kiri secara bergantian 
(9) Tidak mengambil upah 
(10) Di zaman nabi ada 2 muadzin, di zaman umar Usman bin ’Affan ada 4 muadzin,           menurut  Imam syafi’i boleh lebih dari itu sesuai dengan kebutuhan
(11) Melantunkan adzan di awal waktu sholat/ setelah masuk waktunya
(12) Boleh berdoa sebelum adzan, 
(13) Yang mendengarkan adzan lebih baik tidak bergerak cepat mengisi tempat                    kosong, tapi perlahan-lahan. Karena bergerak-gerak saat adzan seperti                        perbuatan setan.

g. Makruh dalam adzan : 
(1) Tidak memenuhi sunnah-sunnah di atas,
 (2) orang yang junub
 (3) Meliuk-liukkan adzan hingga menyerupai nyanyian, yang dapat merubah makna          kalimat dalam adzan, 
(4) Berjalan-jalan atau menjawab salam,
 (5) Mengucapkan ” Ash-sholaatu khoirum minan-naum” di selain adzan subuh,
 (6) keluar dari masjid tanpa keperluan/ alasan yang jelas.

h. Cara menjawab adzan :

Menjawab adzan hukumnya wajib, dan menjawab iqamah hukumnya sunnah,  bahkan ketika seseorang sedang membaca al-Qur’an-pun sebaiknya berhenti membaca dan menjawab adzan, caranya adalah dengan mengulang setiap ucapan muadzin, kecuali pada kalimat :
حي على الصلاة، حي على الصلاة،
 حي على الفلاح، حي على الفلاح،
Maka jawabannya adalah :
لا حول ولا قوة إلا بالله العليّ العظيم
Dan pada kalimat :
الصلاة خير من النوم
Maka jawabnnya adalah :
صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ وَ أَنَا عَليَ ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ
“ Engkau benar dan berbahagialah, dan aku menjadi saksi atas hal itu “

Sedangkan dalam iqomah, saat diucapkan kalimat “ qod qoomatish-sholah 2 x “ maka jawabannya adalah :
أَقَامَهَا اللهُ وَأَدَامَهَا
” Alloh yang menegakkan-nya ( sholat ) dan melestarikannya

Dalil menjawab adzan dan iqomah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id, bahwa Rasulullah saw, bersabda :
إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ، فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ اْلمُؤَذِّنُ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ )
” Jika kalian mendengar panggilan ( adzan ) maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzin ” ( Bukhori dan Muslim )

Demikian semoga menjadi ilmu yang maslahat dunia dan akherat. Amiiin
Wallohu a'lam bish-showab.

Bersambung ke Bab Adzan dan Iqamah Bagian 2.............................

0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak