Minggu, Februari 10, 2019

MuKaFi 15 - Tentang Adzan dan Iqamah ( Bagian 2 )

Gambar terkait
Edisi N0: (15 ) 24 Oktober  2016 M/  23 Muharram -1438 H

 è Adzan dan Iqamah
Yang sunnah dilakukan setelah adzan menurut Imam Syafi’i adalah :
1.      Bersholawat atas Nabi SAW.
2.      Membaca do’a yang diajarkan Nabi SAW :

اللّهُمّ ربّ هذِهِ الدّ عْوةِ التّامّةِ والصّلاةِ القْائِمةِ اتِ سيِّدِنامُحمّدااِلوسِيْلة والْفضِيْلة والشّرفة والدّ رجة الْعاِلية الرّفِيْعة وا بْعثْهُ اْلمقام اْلمحْمُوْد اِلّذِ ى وعدْنهُ اِنّك لا تُخْلِفُ اْلمِيعْاد

Ya Allah Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang sempurna dan memiliki shalat yang didirikan. Berilah junjungan kami Nabi Muhammad, wasilah dan keutamaan serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia tempat yang terpuji sebagaimana Engkau telah janjikan. Sesungguhnya Engkau ya Allah Dzat yang tidak akan mengubah janji.

Berdasarkan hadits Nabi SAW, yang diriwayatkan Jama’ah kecuali Bukhori
إِذَا سَمِعْتُمُ اْلمُؤَذِّنُ، فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ، ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ، فَإِنَّ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ فِي اْلوَسِيْلَةِ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فيِ اْلجَنَّةِ، لاَ يَنْبَغِي أَنْ تَكُوْنَ إِلاَّ لِعَبْدٍ  مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَناَ هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ اْلوَسِيْلَةَ، حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ
" Apabila kalian mendengarkan adzan, maka ucapkan seperti yang diucapkan muadzin, lalu bersholawatlah kepadaku, sesungguhnya barangsiapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka ia akan mendapatkan posisi di surga, dan Alloh akan memberikannya 10, lalu mintalah kepada Alloh wasilah yang menjadi hak atas hamba Alloh, dan aku berharap menjadi pemberi syafa'ah itu, maka barang siapa yang memintaku wasilah dia berhak atas syafa'atku "

       3. Memanjatkan do’a kepada Alloh SWT, antara adzan dan iqamah karena merupakan             waktu yang sangat istijabah, sebagaimana dalam hadits 

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ، قَالُوْا: فَمَا نَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: سَلُوا اللهَ اْلعَفْوَ وَاْلعَافِيَةَ فيِ الدُّنْيَا وِاْلآخِرَةِ
Artinya : “ Doa itu tidak ditolak saat antara adzan dan iqamah, para sahabta bertanya : “ apa yang kami katakan ya Rasulalloh ? Nabi saw, menjawab : “ Mintalah kepada Alloh ampunan dan afiyah ( kesehatan ) di dunia dan akherat “  ( Hadits Shohih yang diriwayatkan Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi )

4.      Muadzin sebaiknya duduk dulu sebelum iqamah setelah adzan sambil memantau jamaah apakah tidak ada lagi yang ditunggu.

Tentang Iqamah

Sifat dan tatacara iqamah :

Iqamah adalah sunnah muakkadah ( yang dikuatkan ) untuk shalat fardlu baik yang tepat pada waktunya atau pada waktu yang terlambat, sendirian atau saat berjama’ah, baik laki-laki maupun wanita.

Adapun tatacara iqamah adalah :
Dilafalkan satu-satu kecuali pada kalimat قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ maka dilafalkan dua kali, sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Abdullah bin Umar ra. :
إنما كان الأذان على عهد رسول الله (ص) مرتين مرتين، والإقامة مرة مرة، غير أنه يقول: قد قامت الصلاة، قد قامت الصلاة 
(رواه الجماعة عن أنس  )
“ Sesungguhnya adzan pada zaman Rasul SAW itu dua kali dua kali, dan iqamah adalah sekali sekali, kecuali beliau berkata : qad qaamatish-sholah, qad qaamatish-sholah” ( HR. Jama’ah dari Anas )

Hukum Iqamah :

Seperti hukum dalam adzan, namun ada beberapa tambahan aberikut :
1.      Disunnahkan dengan lantunan cepat tapi jelas kalimat dan hurufnya, berdasarkan hadits Nabi saw, :
إِذَا أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ - أَيْ تَمَهَّلْ - وَإِذَا أَقَمْتَ فَاحدُرْ، وَاجْعَلْ بَيْنَ أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ مِقْدَارٌ مَا يَفْرُغُ اْلآكِلُ مِنْ أَكْلِهِ
2.      Yang lebih afdhol adalah bila iqamah dilakukan secara berurutan dengan adzan oleh pelaku yang sama
3.      Menurut Imam Syafi’i, sebaiknya iqamah dilakukan di tempat yang berbeda dengan tempat adzan dengan suara yang lebih halus daripada adzan.
4.      Para jama’ah tidak berdiri sebelum imam berdiri, dalam hadits :
إِذَا أُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ تَقُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْنِي 
 (متفق عليه
Dalam hal ini, Imam Syafi’I berpendapat bahwa lebih baik berdiri setelah iqamah selesai, apabila antara imam dan makmum telah berada di dalam masjid, dengan catatan untuk bersegera menyusun barisan ( shaf) dan tidak ketinggalan takbiratul ihram, namun apabila kuatir ketinggalan takbiratul ihram, maka boleh berdiri lebih dahulu.

5.      Disunnahkan untuk iqamah orang yang suci dari hadats, menghadap qiblat, tidak berjalan saat iqamah, dan tidak berbicara, dan tidak terlalu lama jarak waktu antara iqamah dan shalat.
6.      Disunnahkan bagi imam untuk takbiratul ihram setelah usai iqamah.
7.      Tidak perlu melakukan adzan dan iqamah secara bersama-sama, namun cukup dengan menjawab saja
8.      Sunnah bagi imam untuk memerintahkan makmum untuk meluruskan shaf, dan menghadap kiri dan kanan, sebagaimana yang diucapkan Nabi saw :
سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ 
متفق عليه 


Catatan : Jenis adzan di luar shalat fardlu, yang hukumnya sunnah :
1.      Adzan ditelinga bayi yang baru lahir di sebelah kanan, dan iqamah di telinga kiri
2.      Adzan di saat ada kebakaran
3.      Adzan di saat berperang
4.      Adzan untuk melepaskan orang yang akan bepergian
5.      Adzan di telinga orang yang sedang bingung
6.      Adzan di telinga orang atau binatang yang kesurupan atau berkelakuan jahat
7.      Menurut Imam Syafi’i, tidak disunnahkan adzan saat memasukkan jenazah ke dalam liang lahat.

0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak