Edisi N0: (15 ) 24
Oktober 2016 M/ 23 Muharram -1438 H
è Adzan dan
Iqamah
Yang sunnah dilakukan setelah adzan menurut Imam
Syafi’i adalah :
1.
Bersholawat atas Nabi SAW.
2.
Membaca do’a yang diajarkan Nabi SAW :
اللّهُمّ ربّ هذِهِ الدّ عْوةِ التّامّةِ والصّلاةِ القْائِمةِ اتِ سيِّدِنامُحمّدااِلوسِيْلة والْفضِيْلة والشّرفة والدّ رجة الْعاِلية الرّفِيْعة وا بْعثْهُ اْلمقام اْلمحْمُوْد اِلّذِ ى وعدْنهُ اِنّك لا تُخْلِفُ اْلمِيعْاد
Ya Allah Tuhan yang memiliki panggilan ini, yang sempurna dan memiliki shalat yang didirikan. Berilah junjungan kami Nabi Muhammad, wasilah dan keutamaan serta kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia tempat yang terpuji sebagaimana Engkau telah janjikan. Sesungguhnya Engkau ya Allah Dzat yang tidak akan mengubah janji.
Berdasarkan hadits Nabi SAW, yang diriwayatkan Jama’ah
kecuali Bukhori
إِذَا
سَمِعْتُمُ اْلمُؤَذِّنُ، فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ، ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ،
فَإِنَّ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ
سَلُوا اللهَ فِي اْلوَسِيْلَةِ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فيِ اْلجَنَّةِ،
لاَ يَنْبَغِي أَنْ تَكُوْنَ إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَناَ
هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ اْلوَسِيْلَةَ، حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ
" Apabila kalian mendengarkan adzan, maka ucapkan seperti yang diucapkan muadzin, lalu bersholawatlah kepadaku, sesungguhnya barangsiapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka ia akan mendapatkan posisi di surga, dan Alloh akan memberikannya 10, lalu mintalah kepada Alloh wasilah yang menjadi hak atas hamba Alloh, dan aku berharap menjadi pemberi syafa'ah itu, maka barang siapa yang memintaku wasilah dia berhak atas syafa'atku "
3. Memanjatkan do’a
kepada Alloh SWT, antara adzan dan iqamah karena merupakan waktu yang sangat
istijabah, sebagaimana dalam hadits
الدُّعَاءُ
لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ، قَالُوْا: فَمَا نَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ
اللهِ؟ قَالَ: سَلُوا اللهَ اْلعَفْوَ وَاْلعَافِيَةَ فيِ الدُّنْيَا وِاْلآخِرَةِ
Artinya : “ Doa itu tidak ditolak saat antara adzan dan
iqamah, para sahabta bertanya : “ apa yang kami katakan ya Rasulalloh ? Nabi
saw, menjawab : “ Mintalah kepada Alloh ampunan dan afiyah ( kesehatan ) di
dunia dan akherat “ ( Hadits Shohih yang
diriwayatkan Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi )
4.
Muadzin sebaiknya duduk dulu sebelum iqamah setelah adzan
sambil memantau jamaah apakah tidak ada lagi yang ditunggu.
Tentang Iqamah
Sifat dan tatacara iqamah :
Iqamah adalah
sunnah muakkadah ( yang dikuatkan ) untuk shalat fardlu baik yang tepat pada
waktunya atau pada waktu yang terlambat, sendirian atau saat berjama’ah, baik
laki-laki maupun wanita.
Adapun tatacara
iqamah adalah :
Dilafalkan
satu-satu kecuali pada kalimat قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ maka dilafalkan dua kali, sebagaimana dijelaskan dalam
hadits riwayat Abdullah bin Umar ra. :
إنما
كان الأذان على عهد رسول الله (ص) مرتين مرتين، والإقامة مرة مرة، غير أنه يقول:
قد قامت الصلاة، قد قامت الصلاة
(رواه الجماعة عن أنس )
“
Sesungguhnya adzan pada zaman Rasul SAW itu dua kali dua kali, dan iqamah
adalah sekali sekali, kecuali beliau berkata : qad qaamatish-sholah, qad
qaamatish-sholah” ( HR. Jama’ah dari Anas )
Hukum Iqamah :
Seperti hukum dalam
adzan, namun ada beberapa tambahan aberikut :
1.
Disunnahkan dengan lantunan cepat tapi jelas kalimat dan
hurufnya, berdasarkan hadits Nabi saw, :
إِذَا
أَذَّنْتَ فَتَرَسَّلْ - أَيْ تَمَهَّلْ - وَإِذَا أَقَمْتَ فَاحدُرْ، وَاجْعَلْ بَيْنَ
أَذَانِكَ وَإِقَامَتِكَ مِقْدَارٌ مَا يَفْرُغُ اْلآكِلُ مِنْ أَكْلِهِ
2. Yang
lebih afdhol adalah bila iqamah dilakukan secara berurutan dengan adzan oleh
pelaku yang sama
3.
Menurut Imam Syafi’i, sebaiknya iqamah dilakukan di tempat
yang berbeda dengan tempat adzan dengan suara yang lebih halus daripada adzan.
4.
Para jama’ah tidak berdiri sebelum imam berdiri, dalam hadits
:
إِذَا
أُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَلاَ تَقُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْنِي
(متفق
عليه
Dalam hal ini, Imam Syafi’I berpendapat bahwa lebih baik
berdiri setelah iqamah selesai, apabila antara imam dan makmum telah berada di
dalam masjid, dengan catatan untuk bersegera menyusun barisan ( shaf) dan tidak
ketinggalan takbiratul ihram, namun apabila kuatir ketinggalan takbiratul
ihram, maka boleh berdiri lebih dahulu.
5. Disunnahkan
untuk iqamah orang yang suci dari hadats, menghadap qiblat, tidak berjalan saat
iqamah, dan tidak berbicara, dan tidak terlalu lama jarak waktu antara iqamah
dan shalat.
6.
Disunnahkan bagi imam untuk takbiratul ihram setelah usai
iqamah.
7.
Tidak
perlu melakukan adzan dan iqamah secara bersama-sama, namun cukup dengan
menjawab saja
8.
Sunnah
bagi imam untuk memerintahkan makmum untuk meluruskan shaf, dan menghadap kiri
dan kanan, sebagaimana yang diucapkan Nabi saw :
سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ
مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ متفق عليه
Catatan : Jenis
adzan di luar shalat fardlu, yang hukumnya sunnah :
1.
Adzan ditelinga bayi yang baru lahir di sebelah kanan, dan
iqamah di telinga kiri
2.
Adzan di saat ada kebakaran
3.
Adzan di saat berperang
4.
Adzan untuk melepaskan orang yang akan bepergian
5.
Adzan di telinga orang yang sedang bingung
6.
Adzan di telinga orang atau binatang yang kesurupan atau
berkelakuan jahat
7.
Menurut Imam Syafi’i, tidak disunnahkan adzan saat memasukkan
jenazah ke dalam liang lahat.
0 comments:
Posting Komentar