Edisi N0: ( 64 ) 18 Juli 2019 M/ 15 Dzul-Qo’dah 1440 H
PASAL TENTANG
ANALISA TENTANG DUNIA,
MAKHLUK, SYETAN
DAN HAWA NAFSU
( BAGIAN : 2 )
Benarlah ungkapan al-Basith :
“ Waspadalah terhadap nafsu, dan jangan merasa aman dari
intriknya”
“ Nafsu itu lebih bahaya daripada 70 setan “
Waspadalah terhadap tipu daya ( nafsu ) yang selalu mendorong
berbuat jahat, dan tetapkan hatimu untuk menentangnya dalam setiap kondisi,
maka engkau akan selamat, dan kalian harus membawa cemeti takwa yang bisa
mengarahkannya
Standard Ibadah
Pada dasarnya ibadah itu memiliki standard asal dua perkara: yakni
standard “ Melaksanakan” dan standar “ Menghindari “
Melaksanakan artinya taat atas perintah, dan Menghindari adalah
mencegah dari perbuatan maksiat dan jahat, inilah yang disebut dengan takwa.
Aktifitas standar menghindari di sini akan lebih selamat, lebih
bagus, lenih utama dan lebih mulia bagi seorang hamba dari pada standar melaksanakan.
Oleh karena itulah orang-orang yang memulai menjadi ahli ibadah
selalu dibuk dan fokus dalam hal ini ( menghindari maksiat dan perbuatan jahat
). Yakni mereka yang menapaki level awal dalam berjuang menuju abid adalah
mewujudkan standar Pelaksanaan Perintah, yakni berpuasa di siang hari dan
sholat malam, dsb.
Namun mereka yang mengambil standar
menghindar, adalahahli bashiroh, keinginan mereka adalah menjaga hati agar
tindak condong kepada selain Alloh, menjaga perutnya agar tidak
berlebihan, menjaga lisannya agar tidak
berbicara sia-sia, dan menjaga pandangan mereka dari hal-hal yang tidak
bermanfaat.
‘abid tipe kedua ( menjaga diri ) berkata kepada nabi Yusnus
AS:
Wahai Yunus, ada manusia yang
dijadikan cinta kepada sholat, dan tidak bergeming atas sesuatupun, dan itulah
tiang penyangga ibadah hanya untuk Alloh secara benar, pasrah dan berdoa. Ada pula yang dicintakan kepada puasa dan
tak bergeming, ada yang dicintakan untuk shodaqoh dan juga tidak goyah, Wahai
Yunus, akan aku tafsiri bagian-bagian tersebut, yakni : jadikanlah puasamu
adalah diam terhadap segala sesuatu, dan jadikan shodaqohmu berupa tidak
menyakiti, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih utama daripada shodaqoh
dengan menahan diri untuk menyakiti dan tidak ada yang lebih suci daripada
puasa ngomong ( diam )
Maka
jika engkau tahu bahwa menjauhi/menjaga diri itu lebih utama daripada menjaga
dan upaya, dan jika kamu bisa meraih dua standard itu maka telah sempurna
urusanmu dan tercapai tujuanmu, kau telah selamat dan keya ( banyak amal ), dan
jika harus memilih, pilihlah menghindari dan menahan diri, maka kamu akan
selamat meski tidak kaya ( mendapat pahala banyak amal ), jika tidak begitu
maka kamu akan merugi karena tidak dapat mencapai dua standard tersebut, qiyam
lail-mu yang penuh kecapekan tak bermanfaat, karena kau hapus dengan satu
keinginan, dan apa guna puasamu sehari penuh, jika kau rusak dengan satu kata ?
“
=============================================
wallohu a’lam bis-showab
Semoga menjadi ilmu yang manfa’ah dan berkah serta
diridloi Alloh, aamiin
( Dari
kitab : Minhajul Abidin, ilaa jannati Robil ‘aalamiin, oleh : Imam
al-Ghozali hal. 181-182 )
=============================================
Bahasan yang akan datang :
“ Analisa perihal dunia, makhluk,
syetan dan nafsu “
( Lanjutan/3 )
0 comments:
Posting Komentar