Jumat, Juli 19, 2019

KaMiNa 64 - ANALISA TENTANG DUNIA, MAKHLUK, SYETAN DAN HAWA NAFSU (2)

Hasil gambar untuk Penghalang ibadah


Edisi N0: ( 64 )  18 Juli  2019 M/  15 Dzul-Qo’dah 1440 H

PASAL TENTANG
ANALISA TENTANG DUNIA, MAKHLUK, SYETAN
DAN HAWA NAFSU
( BAGIAN : 2 )

Benarlah ungkapan al-Basith :
“ Waspadalah terhadap nafsu, dan jangan merasa aman dari intriknya”
“ Nafsu itu lebih bahaya daripada 70 setan “

Waspadalah terhadap tipu daya ( nafsu ) yang selalu mendorong berbuat jahat, dan tetapkan hatimu untuk menentangnya dalam setiap kondisi, maka engkau akan selamat, dan kalian harus membawa cemeti takwa yang bisa mengarahkannya

Standard Ibadah


Pada dasarnya ibadah itu memiliki standard asal dua perkara: yakni standard “ Melaksanakan” dan standar “ Menghindari “
Melaksanakan artinya taat atas perintah, dan Menghindari adalah mencegah dari perbuatan maksiat dan jahat, inilah yang disebut dengan takwa.
Aktifitas standar menghindari di sini akan lebih selamat, lebih bagus, lenih utama dan lebih mulia bagi seorang hamba dari pada standar melaksanakan.
Oleh karena itulah orang-orang yang memulai menjadi ahli ibadah selalu dibuk dan fokus dalam hal ini ( menghindari maksiat dan perbuatan jahat ). Yakni mereka yang menapaki level awal dalam berjuang menuju abid adalah mewujudkan standar Pelaksanaan Perintah, yakni berpuasa di siang hari dan sholat malam, dsb.

Namun mereka yang mengambil standar menghindar, adalahahli bashiroh, keinginan mereka adalah menjaga hati agar tindak condong kepada selain Alloh, menjaga perutnya agar tidak berlebihan, menjaga lisannya agar  tidak berbicara sia-sia, dan menjaga pandangan mereka dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

‘abid tipe kedua ( menjaga diri ) berkata kepada nabi Yusnus AS:
Wahai Yunus, ada manusia yang dijadikan cinta kepada sholat, dan tidak bergeming atas sesuatupun, dan itulah tiang penyangga ibadah hanya untuk Alloh secara benar, pasrah dan berdoa. Ada pula yang dicintakan kepada puasa dan tak bergeming, ada yang dicintakan untuk shodaqoh dan juga tidak goyah, Wahai Yunus, akan aku tafsiri bagian-bagian tersebut, yakni : jadikanlah puasamu adalah diam terhadap segala sesuatu, dan jadikan shodaqohmu berupa tidak menyakiti, karena sesungguhnya tidak ada yang lebih utama daripada shodaqoh dengan menahan diri untuk menyakiti dan tidak ada yang lebih suci daripada puasa ngomong ( diam )

Maka jika engkau tahu bahwa menjauhi/menjaga diri itu lebih utama daripada menjaga dan upaya, dan jika kamu bisa meraih dua standard itu maka telah sempurna urusanmu dan tercapai tujuanmu, kau telah selamat dan keya ( banyak amal ), dan jika harus memilih, pilihlah menghindari dan menahan diri, maka kamu akan selamat meski tidak kaya ( mendapat pahala banyak amal ), jika tidak begitu maka kamu akan merugi karena tidak dapat mencapai dua standard tersebut, qiyam lail-mu yang penuh kecapekan tak bermanfaat, karena kau hapus dengan satu keinginan, dan apa guna puasamu sehari penuh, jika kau rusak dengan satu kata ? “

=============================================
wallohu a’lam bis-showab

Semoga menjadi ilmu yang manfa’ah dan  berkah serta  diridloi Alloh, aamiin

( Dari kitab : Minhajul Abidin, ilaa jannati Robil ‘aalamiin, oleh : Imam al-Ghozali    hal.  181-182 )
=============================================

Bahasan yang akan datang :
“ Analisa perihal dunia, makhluk, syetan dan nafsu  “
( Lanjutan/3 )



0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak