Edisi N0: ( 72 ) 05 September 2019 M/ 05 Muharram 1441 H
PASAL TENTANG
TANJAKAN KE 4 = RINTANGAN
Setelah dibahas tentang TANJAKAN PENGHALANG, maka yang dimkasud penghalang adalah yang menghalangi konsentrasi ibadah, yang bersifat tetap,kuat dan semi permanen.
Maka tanjakan rintangan maksudnya adalah rintangan-rintangan yang terkadang datang dan terkadang menghilang, hal ini akan membingungkan hati kita untuk sepenuhnya menuju tujuannya, yaitu beribadah secara sempurna sebagaimana mestinya.
A. Rintangan Pertama :
Masalah Rizki dan
Tuntutan jiwa
Dan itu bisa diatasi dengan tawakkal, maka tawakkallah kepada Alloh dalam hal dan permasalahan rizki dan dalam hal kebutuhan rizki yang meyangkut berbagai aspek kebutuhan.
Tawakkal diperlukan karena 2 alasan :
Pertama :
Agar dalam beribadah kita merasakan nuansa jiwa yang lapang, dan agar aibadah memberikan efek spiritual yang sempurna, karena orang yang tidak bertawakkal kepada Alloh pastilah dalam beribadah dia akan disibukkan oleh perasaan tentang pemenuhan kebutuhan hidup, masalah rizki dan pemanfaatan rizki tersebut, secara lahir dan batin, pikiran tentang cara mencari rizki atau pekerjaan yang dapat mendatangkan rizki, seperti umumnya para pencari dunia, menyangkut keinginan, terpikir dan terbayang dan bisikan-bisikan dalam hati.
Memang beribadah itu membutuhkan hati yang lapang dan badan yang prima, agar mencapai hasil dan tujuan., dan kelapangan itu hanya bisa dicapai dengan tawakkal., menurut pendapat penulis ( Imam Ghazali ) : “ Mereka yang lemah hati, hampir tidak bisa tenang hatinya kecuali dengan sesuatu yang nyata tampak, maka hampir tidak pernah sempurna amal pekerjaannya.biak untuk dunia maupun akherat.
Sifat Orang Tawakkal
Orang yang tawakkal itu neng-orientasikan amalnya pada kekuatan mata batin ( bashiroh), kesempurnanan keyakinan serta tumakninah dengan janji Alloh, dan kuatnya komitmen tanggungjawab, dan tidak berpaling kepada manusia yang menakut-nakuti, atau setan yang membisiki hati, maka dia akan sukses mencapai maksud dan tujuannya.
Namun manusia yang lemah ( tidak bertawakkal ) selalu ragu antara tawakkal dan tidak, antara yakin dan ragu, seperti keledai di kandangnya atau ayam dalam kurungan, berkokok mengikuti temannya, hampir tidak punya prinsip. Dia mudah putus asa pada urusan-urusan yang berat, prustasi, sehingga hampir tak pernah bekeinginan untuk berbuat kebaikan, jika melakukanpun hampir tidak pernah tercapai secara sempurna, tidakkah kalian lihat keinginan para pencinta dunia, yang tidak pernah mencapai kedudukan mulia kecuali dengan keputus asaan hati dan jiwa serta harta dan kerabatnya.
Adapaun para pemburu akherat, modal dasar dalam menjalani kehidupan ini adalah tawakkal dan memutuskan hatinya dari reribet duniawi, sesuai prosedur yang benar dan setelah memenuhi hak-haknya,
Secara mekasimal dia konsentrasi dalam beribadah kepada Alloh, dan menetapkan kedudukan dirinya dalam pergaulan manusia, serta berpandangan luas dalam kehidupan sehingga menjadi hamba yang kuat , agamis, manusia paling merdeka dan raja di bumi secara hakiki.
Mereka menjadi seperti apa yang dia inginkan, selalu optimis mencapai sesuatu yang besar berdasarkan ilmu dan berorientasi ibadah sesukanya, tak ada yang menghalangi, dia memandang dunia ini sebagai tempat yang satu, dan sepanjang waktu adalah sebagai satu kesatuan, sebagaimana yang diisyaratkan Rasululloh SAW : “ Barangsiapa yang menginginkan menjadi orang yang mulia hendaklah bertakwa kepada Alloh, barangsiapa yang ingin menjadi manusia terkuat hendaklah ia bertawakkal, barangsiapa yang ingin menjadi manusia terkaya hendaklah ia menerima keputusan Alloh dan tidak mengandalkan jerih tangannya “.
Dari Sulaiman al-Khowas: “ Jika seseorang bertawakkal kepada Alloh SWT dengan sebenar-benar niat, maka dia tidak mebutuhkan pengampu dari orang lain, bagaimana dia membutuhkan mereka padahal ia telah menggantungkan dirinya pada Dzat Maha Kaya dan Maha Mulia.
Dari Ibrahim al-Khowas :
Aku bertemu dengan seorang anak laki-laki berjalan sendiri tanpa membawa apa-apa, lalu aku bertanya : : wahai kisanak, hendak pergi kemanakah dirimu “ “
Dia menjawab : “ akan ke Makkah “
Lalu aku bertanya : : Tanpa bekal dan tanpa kendaraan ? “
Dia menjawab : “ Wahai orang yang payah keyaikanannya, Dzat yang maha menjaga langit dan bumi, bisa menyampaiakanku ke Makkah tanpa bekal dan kendaraan “
Lalu setelah bertemu di Makkah, dia membuat sair :
Wahai jiwaku, lepanglah selamanya
Janganlah engkau cintai seseorang
Kecuali Dzat yang Agung dan tempat bersandar
Wahai jiwaku, matikan dirimu selamanya.
=============================================
wallohu a’lam bis-showab
Semoga menjadi ilmu yang manfa’ah dan berkah serta diridloi Alloh, aamiin
( Dari kitab : Minhajul Abidin, ilaa jannati Robil ‘aalamiin, oleh : Imam al-Ghozali hal. 195- 198 )
=============================================
Bahasan yang akan datang :
“TANJAKAN KE 4 = RINTANGAN “
( Lanjutan )
0 comments:
Posting Komentar