Rabu, Mei 15, 2019

Khutbah Idul Fitri, Ciri-ciri Orang yang Bertaqwa

 


KHUTBAH IDUL FITRI 
CIRI-CIRI ORANG YANG BERTAQWA

الســــلام عليكم ورجمة الله وبركـــاته

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ      اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ      اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُاللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ”.

اَلْحَمْـدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلمَشَـارِقِ وَاْلمَغَـارِب… خَـلَقَ اْلإِنْسَـانَ مِـنْ طِـيْنٍ لاَزِبٍ … ثُمَّ جَعَلَهُ نُطْفَةً بَيْنَ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ…خَلَقَ مِنْهُ زَوْجَهُ وَجَعَلَ مِنْهُمَا اْلأَبْنَاءَ وَاْلأَقَارِبْ.. تَـلَطَّـفَ بِـهِ فَنَـوَّعَ لَـهُ اْلمَطَـاعِـمِ وَ اْلمَشَـارِبْ… نَحْمَـدُهُ تَبَـارَكَ وَتَعَـالَى حَمْـدَ الطَّـامِعِ فىِ اْلمَزِيـْدِ وَالطَّـالِبْ… وَنَعُـوْذُ بِنُـوْرِ وَجْـهِـهِ اْلكَـرِيْـمِ مِـنْ شَـرِّ اْلعَـوَاقِـبْ
وَأَشْـهَـدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ اْلقَـوِىُّ اْلغَـالِـبْ … شَـهَـادَةَ مُتَيَقِّـنٍ بِـأَنَّ اْلـوَحْـدَانِيَّـةُ اللهِ أَمْـرٌ لاَزِمٍ لاَزِبْ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَـا مُحَمَّدًا عَبْـدُ اللهِ وَرَسُـوْلِ اْلمَلِكِ اْلـوَاهِبْ … مَا مِـنْ عَـاقِـلٍ إِلاَّ وَعَـلَّمَ أَنَّ اْلإِيْـمَـانَ بِهِ حَقُّ وَوَاجِبْ,

اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ اْلاَوَّابْ, أَمَّا بَعْدُ,

مَعَاشِرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ, فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ

 

Ma’asyirol mukminin wal mukminat, Sidang Idul Fitri rahimakumullah,

 Seiring suara takbir yang menggema di seantero jagad, rasa syukur yang tiada terhingga atas segala nikmat lahir dan batin yang tercurah kepada kita semua, sehingga di pagi yang  bersahaja ini kita telah tunaikan puasa wajib Ramadhan sebulan penuh, dan kita masuki Syawwal sebagai bulan kembalinya kita kepada kesucian. Untuk itu marilah kita perkokoh kualitas iman dan takwa kita kepada Allah, dengan senantiasa melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi apa yang dilarang, sebab yang demikian ini merupakan buah dari puasa ramadhan       “ La’allakum tattaqun” yakni menggapai derajat muttaqin

 Sidang Idul Fitri rahimakumullah

Diantara tujuan puasa yang kila lakukan selama sebulan penuh adalah untuk mendidik nafsu yang bersemayam dalam diri kita, yang tersembunyi di balik halusnya hati nurani, dan yang setiap saat dan setiap waktu senantiasa menyodorkan tuntutan-tuntutan kepada kita. Betapa kita terkadang amat sangat terpuruk oleh perlakuan hawa nafsu kita yang setiap saat merongrong kesabaran dan istiqomah serta keteguhan iman dalam batin kita.

Kalau dilihat dari sejarah kronologi pencitaan nafsu kepada diri dan jiwa setiap manusia, maka tidak lepas dari sebuah bentuk ujian Allah kepada kita, sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Mulk ayat 2 :

 الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

 Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan ini sebagai sarana menguji manusia, dan siapa diantara mereka yang paling baik

 Sebab kita telah diberitahu oleh Al-qur’an melalui para Rasul yang diutus, bahwa saat kita berada di alam arwah, kita semua berada dalam kondisi fitrah; artinya jiwa kita sangat suci dan bersih dari unsur sifat-sifat yang tercela, terlebih sifat sirik kepada Allah, hal itu ditegaskan saat diciptakannya ruh kita, Allah menguji dengan pertanyaan :

 أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا

“ Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi" ( Q.S. al-A’raf : 172 )

 Akan tetapi setelah ruh dimasukkan jasad badan kita, dan kita lahir di alam dunia ini, maka mulailah bersentuhan dengan dunia materi, dunia benda yang sungguh amat menggoda, padahal keindahan dunia hanyalah kenikmatan semu, yang senantiasa menggoda dan melenakan kita. Allah berfirman :

{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]

“ Dan tiadalah kehidupan dunia ini hanyalah kenikmatan yang menipu “

 Hadirin sidang Idul fitri rahimakumullah…

Gerakan nafsu yang gesit merongrong jiwa manusia, pada dasarnya dapat kita lihat, betapa saat bayi lahir dan belum bersentuhan dengan kehidupan dunia dan belum mengerti indahnya dunia, mereka malas bahkan tidak tertarik, sehingga sang ibu harus membujuk dengan seribu cara agar sang bayi mau disuapi. Namun ketika bayi itu beranjak umurnya, dan telah merasakan nikmatnya hidup, maka ia mulai mengiyakan panggilan nafsunya, yakni saat duduk di bangku TK, lalu oleh ibunya dibekali sepotong roti yang lezat, maka ketika seorang temannya mengambil roti itu, hatinya mulai gundah dan merasa tidak senang, bahkan tidak jarang ia menampakkan rasa tidak senangnya itu dengan tindakan agresif, dan demikian juga seterusnya.

Sehingga kenapa Nabi Ibrahim memproklamirkan diri untuk tidak memberi kebebasan sedikitpun panggilan nafsunya, sebagaimana yang beliau ucapkan :

 وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

 “ aku sekali-kali tidak membebaskan panggilan nafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu mengajak pada keburukan “

 Allohu Akbar ..3X walillahil hamd

Ma’asyirol hadirin wal hadirat, Sidang jamaah Idul Fitri rahimakumullah

 Namun begitu, tidak semua nafsu harus kita batasi geraknya, karena ada satu nafsu yang memang Allah ciptakan untuk menghantar kita kepada keridloanNya, yakni NAFSUL MUTHMAINNAH

 Yakni nafsu yang dibimbing dan dirahmati oleh Allah agar dapat sampai kepadaNya

  Benarlah apa yang disampaikan Rasulullah SAW saat beliau pulang dari perang badar yang dahsyat, yang saat itu juga pada bulan Ramadhan, salah seorang sahabat berucap : “ kita sedang kembali dari medan laga yang amat dahsyat…” sebagai ungkapan rasa senang dan bangganya, namun Rasul menjawab : “ Ketahuilah, kita sedang kembali dari perang yang kecil, dan menuju pada perang yang lebih dahsyat”, maka para sahabat bertanya : perang apa itu ya Rasul? , beliau menjawab : JIHADUN NAFS/ perang melawan hawa nafsu

 Hadirin siding Idul fitri rahimakumullah

Kondisi sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah tersebut, hingga kini pada generasi kita seringkali kita rasakan, bahwa peperangan lahiriyah yang berkecamuk antar manusia, rasanya belum begitu dahsyat bila dibandingkan dengan perang yang ada dalam diri kita. Diri kita setiap saat berperang melawan diri kita pula, cobalah kita uji kebenaran itu, yakni ketika hati kecil kita berniat dan berhajat untuk melakukan hal yang baik dan mulia, maka datanglah bisikan dari kita sendiri untuk menghadang dan menggagalkannya, demikian seterusnya, berkali-kali dan berkali-kali peperangan dalam diri kita tidak pernah berhenti………..

Untuk itulah ramadhan dihadirkan oleh Allah tidak lain sebagai ungkapan rasa kasih sayangNya kepada kita manusia agar tidak tersesat jalan dan kembali kehadiratNya.

 Allohu Akbar ..3X walillahil hamd

Ma’asyirol hadirin wal hadirat, Sidang jamaah Idul Fitri rahimakumullah

 Kasih sayang Allah kapada kita manusia ini, sangat tampak dan dapat kita rasakan saat kita lupa dan mulai mengotori diri kita dengan godaan yang bersifat nafsu duniawi……

  • Dengan rahman dan rahimnya, Allah memanggil kita minimal lima kali sehari untuk melakukan sholat, agar kita tidak terlalu dalam terlena oleh dunia dan melupakan Allah
  • Dengan Rasa kasih sayangNya, Allah menjadikan tengah malam atau dua pertiga malam sebagai waktu yang amat istijabah dan dikabulkannya segala doa dan permintaan, tak lain agar kita tidak terlalu tenggelam dalam tipu daya dunia

Dalam sebulan, Allah menjadikan hari Jum’ah sebagai sayyidul ayyam/ hari terbaik, juga dalam rangka mengingatkan kita agar tidak terlalu terkungkung oleh perangkap kehidupan dunia

 Demikian pula dengan hadirnya Ramadhan, Allah ngeman kita, agar tidak binasa dan hina oleh bisikan hawa nafsu kita.

Maka dengan gambaran di atas, hari ini kita termasuk orang yang menang dalam mengendalikan hawa nafsu dan menjadi orang yang kembali kepada fitrah kesucian bagai bayi yang baru lahir yang belum mengerti panggilan tuntutan hawa nafsu.

 Ma’asyirol hadirin wal hadirat,Sidang jamaah Idul Fitri rahimakumullah

 Diantara tanda-tanda orang yang benar-benar kembali kepada fitrah kesucian, atau yang disebut dengan orang muttaqin, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-qur’an Surah Ali Imron  :133

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

 “ Dan bersegeralah menuju maghfiroh Allah Tuhanmu, dan menuju surga yang luasnya selua langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang menafkahkan hartanya baik diwaktu lapang maupun sempit, dan mereka yang menahan nafsu amarahnya, dan mereka yang suka memberi maaf atas kesalahan orang lain. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan “

 Allohu Akbar ..3X walillahil hamd

Ma’asyirol hadirin wal hadirat, Sidang jamaah Idul Fitri rahimakumullah

 Orang yang telah mensucikan diri dari rongrongan hawa nafsu melalui puasa ramadhan, paling tidak diindikasikan dengan tiga sifat di atas :

 1.    1. Suka berderma  di segala suasana dan keadaan, karena menyadari bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah, dan atas kehendakNya jua segalanya kembali  kepadaNya

 Orang muttaqin tidak ambil pusing apakah rizkinya seret apa lancer, yang tepikir olehnya adalah segala yang ia rasakan adalah kehendak Allah SWT, sehingga bila ia dilimpahi kenikmatan yang berupa rizki yang melimpah, ia tidak serta merta sombong dan congkak, lupa kawan lupa sanak kerabat bahkan lupa pada dirinya, namun ia bersyukur karena telah dipilih oleh Allah  untuk menyalurkan rizki tersebut kepada yang berhak, yakni para peminta, fukoro’ dan masakin. Demikian juga bila ia ditimba kesusahan dengan sempitnya jalan rizki, ia tidak buru-buru putus asa dan frustasi, apalagi menyalah nasib yang nyata-nyata merupakan hak prerogative Allah SWT.

Orang muttaqin yang haqiqi adalah, tidak sedih saat ditimpa kesusahan yang membuatnya frustasi, dan tidak terlalu senang bila mendapat kenikmatan yang membuatnya lupa diri dan sombong

 Ma’asyirol hadirin wal hadirat, Sidang jamaah Idul Fitri rahimakumullah

 2. mampu menahan nafsu emosional amarahnya, atau dengan kata lain dapat menerima segala kejadian dan peristiwa dengan lapang dada dan sikap hati yang tawadlu’

 karena ia sadar bahwa yang mempunyai sifat maha adalah Allah semata, dan ia sadar bahwa amarah yang ia luapkan bukanlah sifat seorang ksatria, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

 ليس الشديد بالصُّرَعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب.

 “ Bukanlah orang yang perkasa itu orang yang menang di medan pertempuran, tapi orang yang kuat perkasa adalah mereka yang mampu menguasai dirinya saat ia marah “ ( Muttafaq ‘alaih )

 orang mukmin sejati adalah mereka yang menyadari bahwa semua masalah tidak akan pernah tuntas bila diselesaikan dengan kemarahan, bahkan dengan sikap emosional penuh kemarahan justru akan membuka pintu-pintu masalah yang lain. Dan mereka menyadari dan paham sepenuhnya, bahwa dengan kelembutan hati dan keramahan sikap, semua permasalahan akan ditata oleh Allah menuju penyelesaian yang sempurna dan dirahmati, sehingga segalanya dapat kembali dengan penuh keakraban, persahabatan dan kedamaian.

 3. Suka memberi maaf atas kesalahan orang lain, baik diminta atau tidak. Hal ini menjadisesuatu yang sangat berat bagi kita, betapa seringkali egosime memaksa kita bersikap bakhil untuk memberikan maaf, jangankan tidak diminta………. Sedang terhadap saudara kita yang memohon belas kasihan untuk dimaafkan saja kita sering tidak ikhlas memeberikannya, dan seringkali kita buatkan daftar catatan-catatan saat memberikan maaf tersebut, dengan “ jangan diulang-lah” atau dengan kata-kata lain

  Hadirin siding idul Fitri rahimakumullah,

Kesucian hati dan terbebasnya kita dari kungkungan hawa nafsu adalah terpancarnya rasa sayang yang tidak membuka celah sedikitpun rasa dendam, sehingga  orang muttaqin yang demikian akan senantiasa dirindukan, bukan saja oleh keluarganya, tapi juga tetangga, kerabat maupun koleganya, karena kesejukan hati pemaafnya yang terpancar dalam senyum simpul di wajahnya, dan kearifan budi yang tergambar dari polah tutur katanya

 

Allohu Akbar ..3X walillahil hamd

Ma’asyirol hadirin wal hadirat, Sidang jamaah Idul Fitri rahimakumullah

 Dari keterangan di atas, maka khutbah ini dapat disimpulkan :

  1. Tarbiyah pendidikan terhadap hawa nafsu dapat secara efektif dilakukan dengan puasa. Dan standard kelulusan latihan itu dapat dilihat langsung hasilnya usai menjalankan ibadah puasa
  2. Tanda lulusnya pelatihan tersebut antara lain tercermin pada sikap dan perilaku yang memancarkan kesalehan social dengan meningkatnya kepedulian dan intesitas khidmahnya pada masyarakat, diantaranya ;
    1. Suka berderma, baik di waktu lampang rizki maupun saat sempit
    2. Mampu menahan dan memendam nafsu emosional amarah
    3. Suka memberikan maaf atas kesalahan orang lain

 Mudah-mudahan ibadah puasa pada bulan Ramadhan yang baru saja selesai kita laksanakan menjadi wahana pelatihan bagijiwa dan hawa nafsu kita, sehingga pada saat ini kita berhasil menggapai predikat muttaqin dan kembali kepada fitrah kesucian jiwa dan dapat kembali menghadap Allah dengan ridlo dan diridloi, amin

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الُمْسِلِمْينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ المُسْتَغْفِرِيْنَ, وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ, تَقَبَّلْ يَاكَرِيْمْ, وَجَعَلَنِي وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَ الْفَائِزِيْن

KHUTBAH 2

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَالللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِوَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ, وَاجْعَلْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا وَانْفَعْنَا ِبمَا عَلَّمْتَنَا وَفَقِّهْنَا فيِ دِيْنِكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَاْلإِكْرَام

اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ، وِانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُؤْمِنِيْنَ فيِ كُلِّ مَكَانٍ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتَ

رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن

0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak