Resto Ruhani Magetan

Menyajikan menu dan asupan jiwa, agar tidak kelaparan dan kehausan

General Manager sekaligus Barista

Kiprah dakwahnya diabadikan dalam web ini, sebagai kepedulian atas penyajian asupan ruhani

Majelis Kajian Tafsir

Al-Qur'an sebagai sumber utama hukum Islam, mempelajarinya menjadi sangat urgen, sebaik-baik kamu adalah yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya.

Mudarosah Kajian Fiqih

Ilmu Fiqih sebagai referensi tatacara amaliyah ibadah badaniyah, menjadi urgen untuk dipahami agar dapat ber-Islam secara sempurna

Kajian Kitab Minhajul Abidin

Amaliyah jasidah tak akan sempurna tanpa ilmu amaliyah bathiniyah, kajian ini perlu agar ibadah membuahkan karakter terpuji

Selasa, April 06, 2021

Khutbah Jumu'ah : Menyongsong Ramadhan 1442 H

 


KHUTBAH JUMU’AH

MENYONGSONG RAMADHAN 1442 H 

اَلْحَمَدُ ِللهِ الَّذِي بَارَكَ لَنَا فِي رَجَبَ وَ شَعْبَانَ، وَ بَلَّغَنَا رَمَضَانَ, شَهْرٌ مَبَارَك,ضَاعَفَ كُلَّ الْحَسَنَاتِ بَعَشْرِ أَمْثَالِهَا, وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الكَرِيْمُ الغَفَّارُوَأَسْمَائِهَا الْحُسْنَى ، وَأشْهَدُ أنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخُتَارُ بِأَحْسَنِ أَوْصَافِهَا ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمِّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُوَأَدْوَارِهَا ، أما بعدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقًاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ    

Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

Di hari yang mulia, pada jam yang mulia. Serta tempat yang mulia ini, khotib mengajak dirinya dan jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan taqwalloh, dengan menjalankan perintah-perintahNya dilandasi istiqomah dan sabar, serta menjauhi segala apa yang dilarang dengan rasa ikhlas dan kesabaran yang sempurna. Karena ketakwaan yang baiklah yang menjamin keselamatan kita, di dunia dan akherat kelak.

 Thema khutbah kali ini adalah “ Menyongsong Ramadhan 1442 H “

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Alloh menyimpan rahasia fadhilah suatu waktu yang telah ditentukan, dalam sehari semalam Alloh simpan kemuliaan waktu pada 2/3 akhir malam, dan dalam sepekan atau 7 hari, Alloh letakkan kemuliaan waktu pada hari Jumu’ah, demikian pula dalam setahun Alloh menetapkan Ramadhan sebagai bulan dan waktu yang amat mulia.

Tidak lama lagi bulan yang penuh kemuliaan itu akan dating menyapa kita kembali setelah waktu berputar selama setahun, lalu muhasabah kita, apa yang telah dan dapat kita rasakan dari keutamaan bulan Ramadhan itu di tahun yang lalu ? atau justru kita tidak mampu menangkap sinyal keberkahannya ?

Oleh sebab itu, sebelum ramadhan tiba, mari kita kenali dan pahami keutamaan-keutamaan serta amaliyah di dalam bulan tersebut, sehingga di akhir Ramadhan kita mampu meraih nilai jiwa yang fitrah sebagai orang mukmin yang bertaqwa, sebagaimana tujuan utama puasa Ramadhan, yang telah disebutkan Alloh dalam Q.S. al-Baqarah: 183

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa “

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Agar tumbuh rasa cinta akan datangnya ramadhan, dan lalu dikenang serta dirindukan kehadirannya setiap tahun, maka harus dibedah rahasia ramadhan yang membuatnya begitu istimewa dan layak dirindukan.

 

Keutamaan pertama, Setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, sebagaimana diterangkan dalam hadits,

 

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya : Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

 

Dan setiap muslim rata-rata sudah tahu tentang hal itu, namun kenapa pelipatan pahala itu tidak memicu konsistensi perburuannya hingga akhir ramadhan, kemungkinan terdengar agak sulit dipercaya bahwa sebuah kebaikan dibalas dengan imbalan berlipat ganda, dan mereka menganggap biasa dan tidak istimewa karena imbalan itu tidak mereka terima cashfull saat itu juga, maka jawaban atas kebimbangan seperti ini adalah bahwa setiap amal muslim itu memang hampir 100% berorientasi akherat, atau dengan kata lain, bahwa pahala dan imbalannya akan berwujuds ebagai  investasi ukhrowi yang akan menjadi bekal untuk pulang ke kampung abadi di akherat.  Sedangkan yang diberikan di dunia hanyalah untuk sekedar memotivasi diri agar istiqomah, sebab seorang mukmin harus membatasi kenikmatan duniawi agar tidak terlena dan tertipu, sebagaimana yang Alloh peringatkan dalam Q.S. al-Hadid : 20

 

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

Artinya : “ Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Q.S. Al- Hadid: 20)

Dan lagi pula, keselamatan di kampung akherat itu butuh bekal yang amat sangat banyak, hal itu karena kehidupan akherat yang abadi, dan selisih perhitungan yang amat jauh dengan kehidupan di dunia yang bertaut : sehari di akherat samadengan seribu tahun di dunia, sebagaimana firman Alloh : “Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47)

Sehingga dibutuhkan bekal yang berlipat-lipat banyaknya dan itu dapat dipersiapkan oleh muslim dengan beribadah, khususnya yang pahalanya berlipat-lipat pula, dan tentu di bulan ramadhan-lah pahala berlipat itu dapat dengan mudah dicapai dan terpenuhi.

 

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Keutamaan kedua, i’tikaf atau berdiam di masjid, meski ada pendapat yang memandang boleh I’tikaf di bulan selain ramadhan, namun yang lebih kuat pendapatnya adalah bahwa I’tikaf hanya boleh dilakukan pada bula ramadhan, dan sangat dianjurkan pada 10 hari terakhir ramadhan.

 

I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan mencari ridlo Alloh, sehingga dari segi kesulitan atau hal yang memberatkan, I’tikaf tidak termasuk dalam wilayah itu, namun efek yang bisa diraih dalam I’tikaf amatlah luar biasa, karena hanya dengan berdiam saja tanpa melakukan aktifitas ibadah apapun, seseorang yang I’tikaf mendapatkan pahala, apalagi jika ia mengamalkan amalaiyah ibadah, baik dzikir, membaca al-Qur’an atau tadabbur, maka pahalanya akan semakin berlipat pula.

 

Orang yang sering dan istiqomah dalam ber-I’tikaf tentu dapat merasakan ketenangan batin dan merasa sangat dekat dengan Alloh SWT, sehingga setiap bisikannya ia merasa akan selalu terdengar dengan jernih. Dan ketenangan batin itulah yang memotivasi dirinya untuk terus dan terus menantikan saat di mana dia dapat melakukan I’tikaf yang utama, sebagaimana yang menjadi kebiasaan kanjeng Nabi Muhammad SAW, dalam hadits Riwayat Aisyah radhiallahu ‘anha:

كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ   

“Biasanya (Nabi sallallahu’alaihi wa sallam) beri'tikaf pada sepuluh malam akhir Ramadan sampai Allah wafatkan. Kemudian istri-istrinya beri'tikaf setelah itu.” (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no. 1172)

 

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Keutamaan ketiga, Lailatul Qadar, sebagaimana yang difirmankan Alloh dalm Q.S. al-Qodr ayat 1-5, dan telah banyak dijelaskan, bahwa keutamaan lailatul qadar adalah setara atau senilai dengan 1000 bulan, dan itu sekitar 83/84 tahun, dan ini merupakan jumlah usia manusia yang matang.

 

Maka jika seorang muslim yang berpuasa ramadhan, lalu memenuhi malamnya dengan I’tikaf dan qiyam, tentu bisa menggapai lailatul qodar, dan efek lailatul qodar itu tentu akan menumbuhkan rasa cinta akan ramadhan, dan ramadhan menjadi saat yang selalu dinantikan dan dirindukan, sebagaimana nuansa syahdu yang dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW, saat ramadhan akan berakhir, rata-rata mereka menangis sedih dan berharap bahwa sepanjang tahun dijadikan sebagai ramadhan.

 

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Demikianlah beberapa keutamaan bulan Ramadhan yang sebentar lagi mendatangi kita.

Pada akhirnya, marilah kita berdoa mohon kepada Alloh, semoga usia kita disampaikan hingga Ramadhan nanti, dan dimampukan mengisinya dengan amalan-amalan sholih sebagai bekal perjalan kelak pulang ke kampong  akherat, semoga Ramadhan tahun ini lebih bernilai dari tahun-tahun sebelumnya, semoga kita menggapai derajat muttaqin, aamiin yaa mujibas-saa-iliin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ, اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KE-2


اَلْحَمَدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ, الْعَظِيْمِ الْجَبَّارِ الْعَالِمِ بِمَا فِيْ الْضَمَائِرِ وَخَفِيِّ الأَسْرَارِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى النِّعَمِ وَتَوَلَّى كَالأمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ عِبَادِهِ الأخْيَارِ ، وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الكَرِيْمُ الغَفَّارُ ، وَأشْهَدُ أنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخُتَارُ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمِّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ، اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَ اعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَ يَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا
, يُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ اَنْ يَّكُوْنُوْا فِى تَكْمِيْلِ اِسْلَامِهِ وَ اِيْمَانِهِ وَ اِنَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ.

قَالَ اللَّهُ تَعَالى فِى القُرْاَنِ الْعَظِيْم : إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .


Rabu, Februari 24, 2021

Khutbah Jumu'ah : Menuju Ibadah yang berkualitas


KHUTBAH JUMU’AH

MENUJU IBADAH YANG BERKWALITAS

 

 اَلْحَمَدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ,الْعَظِيْمِ الْجَبَّارِ الْعَالِمِ بِمَا فِيْ الْضَمَائِرِ وَخَفِيِّ الأَسْرَارِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى النِّعَمِ وَتَوَلَّى كَالأمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ عِبَادِهِ الأخْيَارِ ، وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الكَرِيْمُ الغَفَّارُ ، وَأشْهَدُ أنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخُتَارُ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمِّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ، أما بعدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقًاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  

Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

Di hari yang mulia, pada jam yang mulia. Serta tempat yang mulia ini, saya mengajak diri saya dan jamaah sekalian, ,arilah kita tingkatkan taqwalloh kita, dengan menjalankan perintah-perintahNya dengan istiqomah dan sabar, serta menjauhi segala apa yang dilarang dengan dilandasi rasa ikhlas dan kesabaran yang sempurna. Karena ketakwaan yang baiklah yang menjamin keselamatan kita, di dunia dan akherat kelak.

 Thema khutbah kali ini adalah “ Menuju ibadah yang berkualitas “

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Tujuan manusia diciptakan oleh Alloh tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menyembah dan  mengabdi kepada Alloh sebagai Sang Kholiq, sebagaimana firman Alloh Q.S. al-Dzariyat : 56

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

 Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (Qs Al-Dzariyat [51]: 56)

Dan ibadah penghambaan yang baik adalah yang berkualitas, dan ibadah yang berkualitas adalah ibadah yang dilaksanakan secara ikhlas, hanya untuk Alloh SWT, bukan untuk yang lain, sebagaimana firman Alloh dalam surah al-Bayyinah :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

Artinya : “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

 Namun pada prakteknya,  seringkali kita gagal mencapai kualitas ibadah yang baik dan sempurna, lantaran masih banyak diantara kita umat Islam yang menganggap ibadah hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Jika demikian pandangan kita, maka yang kita dapat hanyalah gugurnya kewajiban, tanpa menghasilkan nilai ruhaniyah yang ideal. Sebab kita manusia terdiri dari dua unsur yang semestinya menyatu dan saling membantu, unsur jasmaniyah sebagai ekspresi gerak dari ibadah, dan unsur ruhaniyah sebagai pendulang nilai ibadah yang kita kerjakan.

Atau dengan kata lain, banyak diantara kita, parahamba Alloh yang terlena dan tertipu dengan ibadahnya, sebagaimana peringatan Alloh dalam QS. Luqman ayat 33 :

وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ

Artinya : “ dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.”

Untuk itulah, agar ibadah yang kita kerjakan bernilai dan berkualitas, serta jangan sampai hanya membuang waktu dan tenaga, maka ada beberapa langkah agar ibdah bisa berkualitas, sebagaimana dibahas oleh Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin.

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Langkah mencapai ibadah yang berkualitas

1.    1. Dengan ilmu lalu dipahami ( makrifat )

Langkah ini menjadi pondasi awal dalam mencapai kualitas ibadah, karena ibadh tanpa didasari ilmu, selain tertolak, juga tidak akan mendatangkan kemanfaatan bagi diri kita, sebagaimana yang diperingatkan Alloh kepada kita, dalam QS. Al-Furqan : 23

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

 “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Qs. Al-Furqan : 23)

 Maka setiap seluk beluk peribadatan, harus kita ketahui ilmunya dengan mengkaji ilmu fiqih, agar tepat sarat dan rukun dan hal-hal yang berkaitan, sehingga ibadah kita menjadi lebih baik.

Selain itu, ilmu yang telah kita dapatkan itu harus dipahami, secara mendalam, karena hal itu akan menumbuhkan kesadaran tentang hakekat ibadah dan menempatkan kita pada status dan level yang semestinya.

Memahami ilmu secara mendalam ini berkaitan erat dengan ilmu makrifat, yakni memahami posisi kita sebagai manusia ciptaan Alloh atau dengan istilah “ makrifatun-nafsi “, lalu memahami posisi Alloh sebagai Dzat yang menciptakan kita, dan menjamin kehidupan kita, dimana kita mengorientasikan ibadah kita kepadaNya, atau isltilahnya “ Makrifatulloh “ dan juga memahami sifat dunia, sebagai tempat beramal dan kehidupannya bersifat fana, dengan istilah “ makrifatud-dun-ya”, dan memahami kampong akherat, sebagai tempat keabadian di mana setiap amal diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan, dengan istilah “ makrifatul-akhiroh “

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

2.    Mensucikan diri dengan taubat

Hakekat ibadah adalah “ bertaqarrub mendekatkan diri kepada Alloh “ Dzat Yang menguasai dan memiliki hidup kita. Dan proses taqarrub yang paling efektif dan efisien adalah dalam kondisi suci, sebab Alloh berfirman Q.S. as-Syu’ara : 89

إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Artinya : “ kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih “

Dan cara mensucikan diri dan jiwa kita adalah dengan bertaubat atas segala khilaf dan dosa, agar proses taqarrub kita semakin efektif, efisien dan tepat sasaran. Proses taubat inilah yang membantu ibadah yang kita kerjakan semakin berkualitas

 Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

  3. Waspada terhadap godaan

Selain membekali diri dengan ilmu dan pemahaman yang benar, juga membersihkan diri dan jiwa dari kotoran khilaf dan dosa, maka dalam beribadah kita harus waspada terhadap godaan yang akan mengganggu stabilitas kelancaran kita dalam meraih ibadah yang berkualitas.

Adapun jenis godaan yang sering menghambat konsentrasi ibadah kita, antara lain :

a.    Bisikan Perihal dunia, ini bisa berupa bisikan tentang benda materi, atau kedudukan dan jabatan dan sejenisnya, yang sering menggoda kita untuk focus ibadah, seperti bagaimana saat kita mendirikan sholat jamaah di masjid, tiba-tiba pikiran kita melayang membayangkan harta benda atau jabatan dan kedudukan. Ini salah satu contoh godaan dunia

b.    Bisikan Makhluk, yakni bisikan yang berasal dari makhluk hidup, seperti manusia, tumbuhan maupun binatang yang hadir saat kita beribadah, atau sebelum melaksanakan ibadah, sehingga ibadah kita tidak focus lagi bertaqarrub kepada Alloh, tapi justru mendekat kepada makhluk-makhluk itu. Dan bisikan manusia bisa berasal dari anak, istri, suami, teman atau tetangga. Kita harus lebih wasapada, panggilan mana yang harus kita prioritaskan.

c.    Bisikan syetan, ini bisikan halus yang mengajak kita untuk memperturutkan ajakan syetan yang ingin selalu menghindar dari ibadah kepada Alloh, dan bisikan syetan ini lebih terkonsentrasi pada ajakan-ajakan pertikaian, bantah-bantahan dan segala hal yang mengarah kepada percekcokan.

d.    Bisikan Nafsu, jenis bisikan ini lebih halus, dan lebih lembut, sehingga banyak diantara kita yang gagal menghindari godaan yang berupa bisikan nafsu ini, sebab rata-rata nafsu itu mengajak kepada keburukan dan kejahatan

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ

“ karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan “

Bisikan nafsu cenderung mencari enaknya diri sendiri, seperti sholat yang cepat, wudlu serampangan, atau shodaqoh dengan sesuatu yang tidak disukai, dan lain sebagainya

Hadirin, Sidang Jumu’ah rahimakumulloh

Demikianlah beberapa langkah yang perlu kita lakukan untuk mencapai ibadah yang berkualitas.

Pada akhirnya, marilah kita berdoa mohon kepada Alloh, semoga ibadah kita dijadikan ibadah yang berkualitas, sehingga memberi kemanfaatan bagi kehidupan dunia, khususnya bagi kehidupan abadi kelak di akherat, aamiin yaa mujibas-saa-iliin

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ, اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


KHUTBAH KE-2
اَلْحَمَدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ, الْعَظِيْمِ الْجَبَّارِ الْعَالِمِ بِمَا فِيْ الْضَمَائِرِ وَخَفِيِّ الأَسْرَارِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى النِّعَمِ وَتَوَلَّى كَالأمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ عِبَادِهِ الأخْيَارِ ، وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الكَرِيْمُ الغَفَّارُ ، وَأشْهَدُ أنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخُتَارُ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمِّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ، اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَ اعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَ يَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا يُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ اَنْ يَّكُوْنُوْا فِى تَكْمِيْلِ اِسْلَامِهِ وَ اِيْمَانِهِ وَ اِنَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْلَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

 

عِبَادَ الله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .


 

Kamis, Februari 18, 2021

Kisah Singkat : HATIM AL-ASHAM



Nama lengkapnya adalah Abu Abdul Rahman Hatim bin Alwan, terkenal dengan gelar Al-Asham, dia termasuk tokoh guru besar (syaikh) khurasan, murid Syaikh Syaqiq, guru Ahmad bin Khadrawaih. Hatim dijuluki Al-Asham (orang yang tuli) bukan karena ia tuli akan tetapi pernah ia berpura-pura tuli karena untuk menjaga kehormatan seseorang hingga ia dijuluki dengan Al-Asham. Dia pernah mengunjungi Baghdad dan menetap di kota ini sampai meninggal. Tercatat, meninggal di Wasyjard, dekat kota Tarmidz, pada tahun 237 H (852 M).

Hatim al-asham adalah orang yang sangat sopan dan jg dermawan. Pada suatu hari datanglah seorang wanita kepadanya untuk meminta sesuatu. Tanpa disengaja, wanita itu telah mengeluarkan kentut dengan suara sedikit keras dihadapan Hatim Al Asham, maka wanita itupun menjadi salah tingkah, tetapi Hatim Al Asham adalah orang yang baik, ia mengerti bagaimana perasaan wanita, tentu wanita ini sangat malu dengan suara kentutnya yang lumayan keras, lalu Hatim pura-pura tidak mendengar suara kentut wanita itu.

Hatim Al Asham berkata : “hai, keraskanlah suaramu, karena aku tidak mendengar apa yang kamu bicarakan”, Hatim berpura-pura tuli agar wanita itu menyangka bahwa Hatim tidak mendengar kentutnya yg membuat dirinya malu itu, kemudian wanita itu pun mengulangi ucapannya dgn agak keras dan Hatim pun menjawabnya dg suara agak keras pula.
Setelah urusan mereka beres, wanita itu pulang dgn gembira dan ia tidak malu lagi dgn suara kentutnya karena ia sudah pastikan bahwa Hatim Al Asham tidak mendengarnya.
Semenjak peristiwa itu, dan sampai 15 tahun <selama wanita itu masih hidup>, Hatim Al Asham selalu b’pura-pura tuli, dan slama itu pula tidak ada seorangpun yg menceritakan kpd wanita itu bahwa sebenarnya pendengaran Hatim Al Asham masih normal selayaknya orang lain.

Sungguh begitu baik budi pekerti Hatim, sehingga ia rela untuk berpura-pura selama 15 tahun demi menjaga nama baik dan perasaan wanita itu.

Setelah wanita itu meninggal dunia, Hatim Al Asham sudah tdk berpura-pura tuli lg, jika ditanya org lain, dia dpt menjawabnya dgn mudah, tp ia selalu mengatakan : “berbicaralah yg keras!”, kata-kata itu sudah menjadi kebiasaannya, karena sudah 15 tahun lamanya ia selalu mengucapkan hal itu kepada siapa saja yg menjadi lawan bicaranya.

Semenjak peristiwa itu, maka Hatim diberi gelar AL ASHAM yg artinya si tuli, jd Hatim Al Alsham berarti Hatim yg tuli.

 Ada satu kisah tentang cara shalat HatimAl-Asham:

Hatim Al-Asham adalah seorang ahli ibadah dan  sa­ngat bertakwa. Pada suatu hari, ia kedatangan tamu bernama Isham bin Yusuf. “Bagaimana anda melakukan shalat?” tanya tamunya., Hatim menjawab :

“Apabila waktu shalat tiba, saya segera melakukan wudu lahir dan batin,” jawab Hatim.

“Apakah  perbedaan antara kedua wudu itu?”  tanya Isham bingung.

Sambil memperhatikan wajah tamunya, Hatim berkata,

 “Wudu  lahir adalah mencuci badan dengan air.  Sedangkan wudu batin adalah mencuci jiwa dengan tujuh sifat. Yaitu taubat, menyesali dosa-dosa masa lalu, melepaskan diri dari ketergantungan pada dunia, menanggalkan pujian  dan penghormatan  pada  selain Allah,melepaskan  diri dari kendali  benda, 

 membuang rasa dendam kesumat,  dan  me­nyingkirkan  kedengkian.

Setelah itu aku menuju  mesjid dan bersiap melaksanakan salat sambil memusatkan panda­ngan  ke kiblat. Aku tampil sebagai pengemis  yang papa seakan-akan Allah di hadapanku, surga di sebelah  kanan­ku, neraka disebelah kiriku, Izrail, si pencabut nyawa, di belakangku, dan titian Shirat dibawah telapak  kakiku. Itulah salatku yang terakhir. Setelah itu aku berni­at dan bertakbir lalu membaca surah  Al-Fatihah  dengan seksama seraya merenungkan arti setiap kata  dan  ayat. Kemudian aku lakukan rukuk dan sujud dengan penuh kekhusyukan dan kerendahan hati sambil menumpahkan air  mata. Tasyahhud  kulakukan dengan penuh pengharapan, lalu ku­ucapkan  salam dengan ikhlas sepenuhnya. Sejak tiga  ta­hun, salat yang demikianlah yang kulakukan.”

 Isham tercengang mendengar jawaban Hatim.

“Hanya Andalah yang melakukan salat seperti itu,” komentarnya.

Tiba-tiba Isham menangis dan meraung sekuat-kuat­nya sambil berdoa agar dibantu dan diberi kemampuan  me­lakukan ibadah seperti Hatim

 Diantara mutiara hikmahnya yang lain:

1. tiada waktu pagi datang melainkan setan mencercaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggoda, “Apa yang akan kamu makan ?” Apa yang akankamu pakai ? di manakah kamu akan tinggal.” Saya tidak ingin hanyut dalam jebakan pertanyaan itu, maka saya cukup menjawabnya, “Saya akan makan kematian,mengenakan kain kafan, dan tinggal di liang lahat.”

2. pernah suatu hari saya ditanya, “Tidakkah kamu menginginkan sesuatu ?” Maka saya jawab, “Saya ingin selalu sehat dari pagi hingga malam hari”. Ditanyakan lagi, “Bukankah kamu sehat selama seharian ?”. saya jawab, “sehat menurutku adalah tidak menjalankan dosa dari pagi hingga malam”.

3. saya pernah dalam suatu pertempuran. Saya pernah ditangkap oleh seorang tentara turki, kemudian badan saya dilentangkan untuk disembelih. Hati saya tidak merasa takut sedikitpun, bahkan saya menunggu keputusan Allah untukku. Ketika prajurit itu menghunus pedangnya untuk menyembelih diriku, tiba-tiba meluncur sebuah anak panah menembusnya sampai mati sehingga ia terlempar dariku. Sayapun segera berdiri.

4. barangsiapa memasuki mazhab kami, hendaklah bersedia menerima empat hal kematian: .Mati putih karena lapar, mati hitam karena menanggung penderitaan dari manusia,mati merah karena berbuat ketulusan untuk melawan hawa nafsu, dan mati hijaukarena fitnah.

 Ada 8 nasihat yang diberikan oleh Hatim Al-Asham kepada sahabatnya pada waktu itu. Renungkan lah riwayat berikut ini:

Suatuhari, Hatim al-Asham ditanya oleh sahabatnya, Syaqiq al-Balkhi, semoga ALLAH merahmati keduanya.

“Kau telah bersahabat denganku selama 30 tahun, apa yang kau dapatkan selama ini?” tanya Syaqiq.
“Aku telah mendapatkan 8 pelajaran yang kuharapkan dapat menyelamatkanku,” jawab Hatim
“Apa saja pelajaran itu?”

“Pertama: Kuamati kehidupan manusia, kudapati setiap manusia memiliki kecintaan dan kesayangan.Daribeberapa kecintaannya itu, ada yang menemaninya sampai pada sakit yang menyebabkan kematiannya, dan ada yang mengantarnya sampai ke pekuburan, setelah itu mereka semua pergi meninggalkannya seorang diri, tidak ada satu pun orangyang bersedia masuk ke dalam kubur menemaninya. Kurenungkan hal ini lalu kukatakan : Sebaik-baik kecintaan adalah yang mau menemani seseorang di dalam kubur dan menghiburnya. Aku tidak mendapatkan yang demikian itu kecuali amal saleh.Oleh karena itu, kujadikan amal saleh sebagai kecintaanku agar dapat menjadi pelita kuburku, menghiburku di dalamnya, dan tidak akan meninggalkanku seorang diri.

 “Kedua: Kuperhatikan bahwa manusia selalu memperuntuhkan hawa nafsunya, dan bersegera dalam memenuhi keinginan nafsunya.Lalu kurenungkan wahyu ALLAH Ta’ala :

“ Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, makasesungguhnya Surgalah tempat tinggal(nya). [an-Nazi’at/79:40-41]”

Aku yakin bahwa Qur’an adalah haq dan benar, maka aku bersegera menentang hawa nafsuku dan menyiapkan diri untuk memeranginya. Tidak sekali pun aku ikuti kehendaknya sampai akhirnya ia tunduk dan taat kepada ALLAH.

 Ketiga: Aku liat setiap orang berusaha mencari harta dan kesenangan duniawi, kemudian menggenggamnya erat-erat. Lalu kurenungkan wahyu ALLAH Ta’ala :

“ Apa yang ada di sisimu akan lenyap,dan apa yang ada di sisi ALLAH kekal… [an-Nahl/16:96]”

Karena itu, kubagi-bagikan dengan ikhlas penghasilanku kepada kaum fakir miskin agar menjadi simpananku kelak disisi-Nya.

 Keempat: Kuperhatikan sebagaian manusia beranggapan bahwa kemuliaan dan kehormatan terletak pada banyaknya pengikut dan famili, lalu mereka berbangga-bangga dengannya. Yang lain mengatakan terletak pada harta yang melimpah dan anak yang banyak, lalu mereka bermegah-megah dengannya. Sebagian yang lain mengira terletak dalam merampok harta orang lain,menzalimi dan menumpahkan darah mereka. Dan sebagian lagi menyakini bahwa kemuliaan dan kehormatan terletak dalam menghambur-hamburkan dan memboroskan harta. Aku lalu merenungkan wahyu ALLAH Ta’ala :

….sesungguhnya orang yang palingmulia di antara kalian di sisi ALLAH adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian….[al-Hujurat/49:13]

lalu kupilih takwa karena aku yakin bahwa Qur’an itu haq dan benar, sedang pemikiran dan pendapat mereka keliru dan tidak langgeng.

 Kelima: Kuperhatikan manusia sering saling menghina dan bergunjing (ghibah). Perbuatan buruk itu ditimbulkan oleh perasaan dengki (hasad) sehubungan dengan harta, kedudukan, dan ilmu.Kemudian kurenungkan wahyu ALLAH Ta’ala :

….Kami telah menentukan pembagian nafkah hidup di antara mereka dalam kehidupan dunia….[az-Zukhruf/43:32]

Maka tahulah aku, bahwa pembagian itu telah ditentukan oleh ALLAH sejak di alam azali. Oleh karena itu,aku tidak boleh mendengki siapa pun dan harus rela dengan pembagian yang telah diatur oleh ALLAH Ta’ala.

 Keenam: Kuperhatikan manusia saling bermusuhan satu dengan lainnya karena berbagai sebab dan tujuan. Lalu kurenungkan wahyu ALLAH Ta’ala :

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia musuh (kalian)….[Fathir/35:6]

Maka sadarlah aku, bahwa aku tidak boleh memusuhi siapa pun kecuali setan.

 

Ketujuh : Kuperhatikan setiap orang berusaha keras dan berlebihan dalam mencari makan dan nafkah hidup dengan cara yang menyebabkan mereka terjerumus dalam perkara yang syubhat dan haram, juga dengan cara yang dapat menghinakan diri dan mengurangi kehormatannya. Lalu kerunungkan wahyuALLAH Ta’ala :

Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi ini melainkan ALLAH-lah yang menanggung rezekinya.[Hud/11:6]

Maka sadarlah aku, bahwa sesungguhnya rezeki ada di tangan ALLAH Ta’ala, dan Ia telah memberikan jaminan. Oleh karena itu, aku lalu menyibukkan diri dengan ibadah dan tidak meletakkan harapan pada selain-Nya.

 Kedelapan: Kuperhatikan sebagian orang yang menyandarkan diri pada benda-benda buatan manusia, sebagian orang bergantung pada dinar dan dirham, sebagian pada harta dan kekuasaan, sebagian pada kerajinan dan industri, dan sebagian lagi pada sesama makhluk. Lalu kurenungkan wahyu ALLAH Ta’ala :

….dan barang siapa bertawakal kepadaALLAH niscaya Ia akan mencukupi (keperluan)-nya. Sesungguhnya ALLAHmelaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya ALLAH telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu.[at-Thalaq/65:3]

Maka aku pun lalu bertawakal kepadaALLAH Ta’ala dan mencukupkan diri dengan-Nya, karena Ia adalah sebaik-baik Dzat yang bisa kupercaya untuk mengurus dan melindungi semua kepentinganku.”

 (Setelahmendengar uraian Hatim) Syaqiq berkata, “Semoga ALLAH memberimu taufik. Aku telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan Furqan (Qur’an) ternyatasemua kitab itu membahas kedelapan persoalan ini. Oleh karena itu, barang siapa mengamalkannya, maka ia telah mengamalkan keempat kitab tersebut.”

Subhanallah…smoga kita bisa lebih mencintai ALLAH…melebihi apapun…bisa mengambil pelajaran dari kisahi HATIM AL-ASHAM

Senin, Februari 15, 2021

Mukafi - Tentang Madinah

MuKaFi - Tentang Tawaf

Sabtu, Februari 13, 2021

KHUTBAH JUMU’AH : MENELADANI RASULULLAH SAW.

 

KHUTBAH JUMU’AH

MENELADANI RASULULLAH SAW.

 إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وحده لاشريك له, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.أما بعد

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

 Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

Dari mimbar yang mulia ini, saya mengajak diri saya dan para jamaah sekalian :  Marilah kita tingkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Alloh SWT, apalagi di dalam situasi zaman yang benar-benar menguji kealitas dan kesempurnaan iman dan takwa kita ini. Marilah kita laksanakan perintah Alloh hanya untuk menggapai keridloanNya, dan marilah kita jauhi larangan Alloh, agar hidup kita bahagia lahir dan batin, serta selamat dunia dan akhirat.

 Alhamdulillah, Kita baru saja memasuki bulan Rabiul Awwal 1436 H, dan tentunya tidak banyak diantara kita yang mengingat secara tepat, bahwa 8 hari lagi kita akan melewati hari yang sangat istimewa, yakni hari lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Ironinya, banyak diantara kita kaum muslimin yang melupakan momen istimewa ini, ada pula yang berjuang gigih untuk menghilangkan peringatan momen istimewa ini, namun justru menghidupkan, meramaiakn dan hidruk pikuk dengan peristiwa dan momen yang tidak terkait sama sekali dengan kokohnya keimanan kita, yakni IMAN KEPADA NABI DAN RASUL.

 Memang Nabi Muhammad adalah bukan malaikat bukan pula anak tuhan atau yang sejenisnya, Nabi Muhammad memang lahir dari rahim Siti Aminah dan seorang Abdulloh bin Abdul Muthollib, namun yang perlu kita sadari dan pahami adalah, melalui beliaulah,  Alloh SWT menerjemahkan seluruh petunjuk kepada kita dengan bahasa manusia, tanpa kehadiran beliau, sangat mustahil kita mendapatkan petunjuk tersebut, yakni petunjuk yang mencakup Bashiro / kabar gembira bagi mereka yang mengikuti jejak beliau untuk taat kepada Alloh, dengan kehidupan akhirat yang bahagia abadi selamanya, dan Nadhiiro / kabar peringatan bagi mereka yang mengabaikan perintah dan larangan Alloh, dengan ancaman siksa berupa penderitaan akherat yang abadi selamanya.

 Maka dengan menyadari dan mengetahui serta memperingati hari kelahiran beliau, merupakan motivasi yang dahsyat, untuk membangun kembali kecintaan kita kepada beliau, lalu meniru dan mengikuti sunnah-sunnah beliau, dalam rangka menggapai bashiro/ kabar gembira tentang kebahagiaan dunia dan akherat.

 Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

 Peringatan Maulidin-Nabiy, memang tidak pernah diselenggarakan di zaman beliau maupun sahabat, karena aura kenabian dan kerasulan tentu masih sangat kuat hadir dalam jiwa kaum muslimin saat itu, namun simaklah, saat kaum muslimin terlibat perang salib yang hampir mencapai 100 tahun lamanya, maka  saat kejenuhan dan rasa prustasi hampir menghinggapi kaum muslimin, dimana semangat perjuangan hampir padam, tampillah Sholahuddin al-Ayyubi yang terkenal dengan Singa Padang Pasir, merasa terpanggil untuk mencari solusi yang dapat membangkitkan semangat kaum muslimin untuk berjuang dan berperang di medan pertempurab, dan setelah melalui ihtiar spiritual, akhirnya sholahuddin berkesimpulan, bahwa kaum muslimin perlu motivasi luar biuasa agar dapat bangkit semangatnya

Dalam suasana yang demikian, sholahuddin menyampaikan gagasan untuk menghadirkan sosokj Rasululloh SAW di hati kaum muslimin, lalu dia buka sayembara membuat syair tentang sosok Rasulullah itu dalam rangka memperingati Maulidin-Nabiy, dan syair kerinduan yang terkenal dengan al-barzanji itulah yang akhirnya dapat membangkitkan semangat perjuangan hingga kaum muslimin dapat memenangi peperangan tersebut.

Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

Kita menyadari bahwakita adalah manusia yang dari segi fisik, mendominasi kemanusiaan kita, dan masih  amat sangat perlu adanya simbol-simbol untuk mendapatkan nilai abstrak seperti motivasi dan optimisme, sebagaimana semangat kita pasti akan terlecut saat menonton televisi yang menyiarkan sholat jamaah di masjidil haram, atau pula dengan melihat simbol-simbol, kita sering merasa bangkit gairah kita dan termotivasi. Maka sesungguhnya upaya menghilangkan simbol-simbol itu dengan alasan yang tidak rasional, dapat mengakibatkan terpuruknya umat Islam dalam kancah kehidupan. Kita lihat saat ini, masing-masing dari kelompok kaum muslim merasa paling benar dan paling Islam, sehingga terjadi fanatisme kelompok yang akhirnya menjadi kelompok mayoritas yang lemah. Akhirnya kita hanya dapat meratapi kegagalan dan kelemahan itu, dengan memperuncing perbedaan dan permusuhan antar kaum muslimin.

Maka bayangkan, seandainya simbol-simbol yang selama ini membantu menginspirasi dan memotivasi kita telah lenyap dan sirna, masjidil Aqsha telah luluh lantak rata denga tanah atas ulah jahil tentara Israel, demikian juga ketika makan Nabi di Madinah yang dianggap sebagai sumber kesyirikan itu benar-benar di hancurkan, lalu suara adzan yang hanya dikumandangkan dalam radius tertentu, lalu masjid hanya untuk sholat lima waktu.. dan kalender hijriyah sudah benar-benar tidak dicantumkan pada kalender di rumah kita, kalau sejarah kehidupan para Nabi dan Rasul sudah tidak jelas sumber referensinya, dan masih banyak simbol-simbol lain, padahal baginda Rasulullah SAW pun telah mensinyalir perlunya kita terhadap simbol-simbol itu, beliau bersabda :

واعتبروا موتاكم

Ambillah pelajaran/ I’tibar dari orang-orang yang mati diantara kalian

Maka simbol yang berupa orang yang meninggalpun harus kita jadikan sarana memotiva-si yang dapat menginspirasi kehidupan kita.

Yang jelas, kesalahan dari orang nasrani maupun yahudi dalam menghormati nabi adalah menjadikan Uzair dan Nabi Isa putra Maryam sebagai anak tuhan. Maka terhadap Nabi Muhammad SAW, selama kita tidak menobatkannya seperti orang yahudi dan nashrani lakukan, maka tidak masalah, sebab beliau memang harus dicintai dan dihormati, melebihi dari manusia lain di muka bumi ini.

 Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

Kelahiran belia sudah amat jelas di sebutkan dalam surah al-anbiya’ : 107

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Rosulullah bukan hanya menjadi rahmat buat kaum muslimin yang menjadikan beliau sebagai panutan dan contoh sejati dalam merealisasikan ketaatan kepada Allah, dalam bersosialisasi sehari-hari, menjadi ayah, menjadi suami, menjadi kakek bahkan menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rosulullah juga rahmat untuk alam sejagat ini, yang di sana hidup manusia-manusia yang tak pernah tahu dan mau tahu buat apa mereka diciptakan oleh Allah. Dengan diutusnya Rosulullah saw ke dunia, dengan membawa cahaya islam, Islam telah mampu merubah kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang penuh makna, menerangi dengan ilmu pengetahuan dan kemakmuran.

Negara Madinah, yang didirikan oleh Rasululloh, tidak hanya dihuni oleh kaum muslimin saja, masih banyak kaum dan suku yang berjenis agama dan budaya, semua diakomodir oleh Rasululloh SAW, sehingga mendapat legalitas negeri madani. Maka ketika negeri kita Indonesia, yang didiami oleh berbagai suku, bahasa, agama dan kebudayaan ini harus diperjuangkan dengan cara-cara radikal, agar menjadi satu keyakinan dan menjadi negeri yang bebas dari keberagaman, tentu akan kehilangan kerahmatan yang dibawa oleh baginda Rasulullah SAW.

Selain itu, sosok Muhammad SAW adalah sosok panutan yang paling ideal dan paripurna, sebagaimana firman Alloh dalam surah al-Ahzab : 21

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

Lalu darimana kita mengenal keteladan beliau, sebagai referensi kepribadian yang ideal dan sempurna serta paripurna, kalau tidak dengan menmpelajari dan mengkaji

Apalagi cara mengekspresikan kecintaan dan penghormatan kepada beliau, telah dicontohkan dan diperintahkan oleh Alloh SWT : dalam al-Ahzab : 56

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

56. Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1229]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[1230].

 [1229]è  Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.

[1230]è Dengan mengucapkan Perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.

 Yakni mendoakan Nabi SAW agar dilimpahi rahamat dari Alloh SWT. Maka suatu saat beliau bertanya kepada para sahabat : siapakah manusia yang paling kikir dan pelit ? para sahabat menjawab : mereka yang tidak mau memberikan apabila diminta, ternyata jawaban tersebut tidak tepat seperti yang dikehendaki Nabi, lalu beliau menjawab ” orang yang tidak mau bersholawat / berdoa buat aku, ketika namaku disebut, adalah orang yang paling kikir ”

 Dan cara yang semudah itu saja-pun, masih juga di putar balikkan, dengan mebuat statemen : Muhammad itu manusia yang sudah sempurna, maka tidak butuh apa-apa lagi dari umatnya, termasuk juga do’a. Ibarat gelas, beliau telah penuh dengan air jernih, maka tidak perlu lagi penambahan air.

Maka terhadap statemen seperti ini, kita harus berhati-hati, agar tidak termakan dan justru mebela-bela.

Nabi sendiri bersabda, yang artinya :

 ” Barangsiapa yang bersholawat kepadaku sekali, maka aku akan mendoakannya sepuluh kali ”

 Tentunya saat kita bersholawat kepada Nabi SAW, kita berdoa kepada Alloh SWT agar menurunkan berkah kepada Nabi SAW, dan ketika beliau telah cukup dengan berkah Alloh maka doa itu diberikan kembali kepada yang bersholawat sebanyak sepuluh kali lipat. Maka sungguh ironis, saat seorang tokoh namanya disebut, maka dengan gegap gempita dan riuh rendah menyambutnya, namun saat nama Nabi disebut, justru kita diam seribu bahasa.

 Sidang Jumu’ah rahimakumulloh,

 Pada akhirnya, dapatlah kita simpulkan :

1.    Kita manusia yang didominasi ketertarikan fisik ini, masih sangat membutuhkan simbul, baik benda maupun lafal ucapan, untuk memotivasi diri kita, dalam menggapai kesuksesan hidup.

2.    NabiSAW, diutus oleh Alloh, sebagai rahmat bagi alam semesta, serta figur idola dan panutan sempurna, maka dalam menjaga stabilitas mengikuti sunnah beliau, kita perlu menghadirkan sosok beliau dalam bentuk doa dan sholawat, atau dengan peringatan-peringatan hari Islam

3.    Kehati-hatian dalam keterjerumusan kita pada jurang madzmum atau tercela, tidak serta harus melenyapkan semua aspek yang menjadi sebab, sebagaimana sakit kepala atau tenggorokan, maka tidak harus mematikan badan secara keseluruhan, namun tempat sakit itulah yang harus diterapi dan diobati. Sehingga jangan sampai kita mewariskan sosok nabi SAW kepada generasi kita dengan nisbat dan penyifatan secara fisik saja, sama saja dengan kita, namun marilah kita wariskan kemuliaan maqom dan kedudukan beliau di hadapan Alloh, sehingga dapat memberikan penghormatan yang selayaknya sebagai umat yang mengharapkan syafaatul ‘udhma besok pada hari kiamat.

 Akhirnya marilah kita berdo’a, semoga dengan memasuki bula rabiul Awwal, bulan dimana Rasulullah SAW dilahirkan, Alloh memperkuat kecintaan dan penghormatan kepada beliau, dan semoga Alloh memasukkan kita, kedalam golongan umat Muhammad yang mendapatkan syafaah, min yaumina haadza, ila yaumil qiyamah.. aamin yaa mujiibassaa iliin.

 

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بهدي سيد المرسلين. أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم

 

KHUTBAH KE-2 

الخطبة الثانية

 اَلحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ , أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ…… إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا يَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ سَادَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَهلِكِ اليَهُوْدَ وَالنَّصَارَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَمِنَّا فِى دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أُمَوْرِنَا وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلاَءَ وَالوَبَاءَ والرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ المُسلِمِينَ العَامَّةً يَارَبَّ العَالَمِينَ. اللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. مَعَاشِرَ المُسلِمِينَ…… إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى القُربَى وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكبَرُ…

 

 


 

Kontak