Sabtu, Januari 26, 2019

(7) KARAKTER SEORANG MUSLIM (2)


                         Pertemuan 7 – Ahad 23 September  2018 M / 13 Muharrom 1440 H


KAJIAN KITAB FATHUL-BARI ( SYARAH SHOHIH BUKHORI ) KARYA ALH-HAFIDZ  AHMAD BIN ALI BIN HAJAR AL-ASQOLANIY ( 773-852 H )

KARAKTER SEORANG MUSLIM ( 2 ) :
Kami mendapat kisah dari Musaddad berkata : kami mendengar kisah dari Yahya dari Syu’bah dari Qotadah dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabdaTidaklah ( sempurna ) iman seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudara muslim lainnya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri “ ( HR. Bukhori )

ð  Ini mengenai kulaitas keimanan seseorang, dan tidak menyangkut tentang batal dan tidaknya iman seseorang.
ð  Standar “ cinta “ adalah standar “ kedamaian “ juga menjadi ekspresi simpati dan empati


ð  Cinta dalam ajaran islam telah dikenal sejak zaman dahulu kala, tepatnya sejak Nabi Adam ‘alaihis salam dan Siti Hawa diciptakan. Makna cinta dalam islam sendiri sangatlah suci. Cinta haruslah didasari oleh kasih sayang dan dibuktikan dengan perbuatan. Dan apa-apa yang kita cintai di bumi ini haruslah karena Allah Ta’ala. Sangat tidak baik, bahkan berbahaya jika kita mencintai hanya karena nawa nafsu
ð  Cinta sesame manusia : “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al-Hujurat:13).


Kesimpulan :
1.    Kesempurnaan keimanan seseorang ditentukan oleh seberapa tinggi tensi dan kualitas perhatiannya kepada mukmin lainnya.
2.    Perhatian dan kepedulian itu dalam segala keadaan : suka dan duka, hidup senang dan di saat sedih, saat mendapat rizki ataupun musibah
3.    Atensi perhatiannyapun dengan dua ekspresi : simpati dan empati
4.    Semakin tinggi perhatiannya kepada mukmin lainnya, akan semakin sempurna keimanannya, standar dasarnya adalah seimbang antara cinta/perhatiannya kepada mukmin lain dengan cinta/perhatian kepada diri sendiri
5.    Keseimbangan antara diri sendiri dan mukmin lain adalah dengan menepis sifat tercela, dalam hal ini adalah “ sombong “ dan sifat tercela lainnya , sebagaimana firman Alloh : Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.


Sumber : Kitab Fathul-baari bisyar-khi shohiihil Bukhori, halaman : 112-114


0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak