Kajian
Ahad Pagi : Ahad, 03 Maret 2008
Potret Manusia
Hari ini
Oleh : Drs. H. Joefri
لَقَدْ
ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا
يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا
يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ
هُمُ الْغَافِلُونَ
Walaqod dzaro’naa lijahannama katsiirom-minal jinni wal insi, lahum quluubul-laa yafqohuuna bihaa, walahum a’yunul-laa yubshiruuna bihaa, walahum aadzaanul-laa yasma’uuna bihaa, ulaa-ika kal-an’aami, bal hum adhollu, ulaa-ika humul-ghoofiluun
Walaqod dzaro’naa lijahannama katsiirom-minal jinni wal insi, lahum quluubul-laa yafqohuuna bihaa, walahum a’yunul-laa yubshiruuna bihaa, walahum aadzaanul-laa yasma’uuna bihaa, ulaa-ika kal-an’aami, bal hum adhollu, ulaa-ika humul-ghoofiluun
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka
jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tapi tidak
dipergunakan untuk memahami ( ayat-ayat Allah ), dan mereka mempunyai mata (
tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat ( tanda-tanda kekuasaan Allah ),
dan mereka mempunyai telinga ( tetapi )
tidak dipergunakannya untuk mendengar ( ayat-ayat Allah ),mereka itu seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang
lalai ( QS. Al-A’raf : 179 )
Manusia di era sekarang, kalau digam- barkan seperti rintihan
pengakuan syair Abu Nawas yang sering kita lantunkan :
Ilaahii lastu lil-firdausi
ahlaa
“ Ya Tuhanku, aku tidak pantas masuk ke dalam surga-Mu “
karena, begitu malasnya kita menger-jakan ibadah, dan
begitu mudahnya kita berbuat maksiat, seakan amat sulit untuk bisa lolos dari
godaan syetan. Maka kalau melihat polah tingkah manusia di saat-saat ini, tak
pantas rasanya mengharapkan dapat memasuki pintu surga Allah yang penuh dengan
segala kenikmatan ; yang tak pernah dilihat mata, tak pernah didengar telinga,
dan bahkan tidak pernah terbetik di hati seorangpun ; puncak kenikmatannya.
Namun di sisi lain. Berita tentang adanya neraka yang
begitu dahsyat dan mengerikan. Tempat segala derita dan siksa yang amat
menakutkan. Rasanya tak seorang manusia-pun yang siap memasukinya, sebagaimana
dalam sair-
Berikutnya
:
walaa aqwa ‘alan-naaril
jahiimi
“ Namun hamba tak kuat bila
harus ma-suk neraka “
mengingat dosa yang menumpuk
setiap hari, bagai hamparan pasir di laut, yang tampak setiap kali “bila kita
mau muha-sabah “ sejak bangun hingga akan tidur kembali. Dan hitungan umur yang
selalu susut dan berkurang. Juga kesempatan untuk terjerumus ke dalam jurang
dosa yang demikian mudah.
Maka sungguh kalau bukan
karena “ rahmat Allah “ , sangat mustahil bila kita mengharapkan dapat
masuk surga.
Kondisi
yang merepotkan ini hanya dapat diatasi dengan semakin besarnya harapan kita
untuk mendapatkan “ rahmat Allah “, sedang rahmat Allah tersebut hanya dapat
dicapai hanya dengan ketaatan yang murni dan utuh, yakni ikhlas melaksanakan
kewajiban dan ikhlas menghindari larangan Allah, yang dalam Islam dikenal
dengan istilah “ taqwa “ yang menurut bahasa berarti -
Takut, namun bukan seperti rasa takut terhadap binatang buas, tapi
seperti takut kehilangan seseorang yang tercinta, maka agar tidak kehilangan,
seseorang akan taat dan berupaya untuk selalu mendekat.
Sehingga salah satu tanda takwa adalah ketaatan dan kualitas
ketaatannya. Seperti taatnya seorang pasien kepada dokter, yang akan melakukan
apa saja yang diperintahkan oleh dokter tersebut dengan harapan “ dapat
mengalami perobahan “ dari sakit menjadi sembuh.
Dengan demikian, semakin kuat keinginan seseorang untuk berobah, maka
semakin tinggi pula tingkat ketaatannya.
Dan dalam hal keinginan manusia untuk merubah perilaku “maksiat “ yang
sudah jelas-jelas diancam dengan neraka, kepada perilaku “ taat “ yang
dijanjikan dengan imbalan surga, maka hanya dapat tercapai dengan meninggikan
tingkat ketaatannya kepada “ Pemilik surga “ agar tidak kehilangan.
Resep dokter sebagai sarana mengetahui obat mana yang manjur dan cocok
bagi si pasien, adalah seperti halnya “ peringatan Allah “ yang telah
disampaikan kepada kita melalui para Nabi dan Rasul Allah, yang hanya dapat
dipahami dan dicerna melalui “ilmu” yang bukan sembarang ilmu, tapi “ ilmu
ulama “ yang kalau tidak hati-hati, maka Allah dapat saja melenyapkan ilmu-ilmu
itu, hanya dengan mencabut “ para ulama “ tersebut.
Sesungguhnya dari “ ilmu ulama “ ter-sebut dapat kita pahami, bahwa
se-sungguhnya hakekat harga seorang manusia di hadapan Allah sangat ditentukan
oleh kualitas ketakwaannya, dan kualitas ketakwaan hanya dapat diukur dengan
standar nilai batiniyah yang tersembunyi di balik jasad lahiriyah seorang
manusia tersebut, sebagaimana telah dinyatakan Allah dalam Q.S. Al-A’raf Ayat 179
:
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tapi tidak dipergunakan untuk memahami (
ayat-ayat Allah ), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat ( tanda-tanda kekuasaan Allah ), dan mereka mempunyai
telinga tetapi ) tidak diperguna-kannya
untuk mendengar ( ayat-ayat Allah ).
Mereka
ini diumpamakan bagai binatang ternak yang dungu tanpa perasaan dan keilmuan,
dan apabila tidak hati-hati, maka akan lebih rendah nilai harganya dari
binatang ternak tersebut.
Inilah
kondisi fitrah manusia yang harus senantiasa dijaga kualitasnya agar tetap
memiliki harga yang tinggi di hadapan Allah. Dan dapat selamat dari godaan
dunia dan akhirnya berhak atas jaminan pahala dari Allah ( kelak ) berupa
surga.
Untuk
menunjang kesuksesan manusia dalam menjaga fitrah kodrati yang mulia itu,
sesungguhnya Allah telah meng-anugerahkan 4 jenis yang menjadi sarana
mendapatkan hidayah, di mana 2 jenisnya juga diberikan kepada binatang, yakni :
1.
Hidayah ilham, yang merupakan anugerah asasi yang
diberikan kepada manusia dan binatang, seperti bila sedih maka akan menangis,
dsb.
2.
Hidayah panca indera, yang diberikan kepada
manusia, demikian juga pada binatang
3.
Hidayah akal yang hanya diberikan kepada
manusia
4.
Hidayah syar’iyyah diniyah, yakni agama yang
hanya diberikan kepada manusia
Maka potret manusia yang sempurna menurut Allah
adalah : manusia yang lahir terhormat, hendaknya dapat menjalani hidup dengan
terhormat, dan mati dalam kondisi terhormat pula.N
0 comments:
Posting Komentar