Selasa, Februari 12, 2019

MaKaTa 5 : Surah : Al-Baqarah : 1-2



MaKaTa Edisi N0: 5 -Januari 2010 M/ Muharram 1431 H

 Surah : Al-Baqarah : 1-2
الــم {1} ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ ِفيهِ هُدَى لِلْمُتَّقِينَ {2}
Terjemahannya : (1)alif laam miim (2)Kitab ( Al-Qur'an ) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa .
Mukaddimah :

Beberapa surah dalam al-Qur'an dibuka dengan huruf abjad, seperti : Alif Laam Miim, Alif Laam Raa, dan lain sebagainya. Makna huruf-huruf itu hanya Allah lah yang tahu( ini pendapat Qurthuby dari Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ibnu Mas'ud ). Ada juga yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama surah ( menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam ) dan ada pula yang berpendapat bahwa gunanya untuk menarik perhatian, atau untuk mengisyaratkan bahwa al-Qur'an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad tersebut. Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu merupakan sumpah Allah ( Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu 'Abbas.
Surah al-Baqarah terdiri dari 25.500 huruf, 6.120 kata dan 286 ayat. Dan diantara fadhilah surah al-Baqarah sebagimana dijelaskan dalan Tafsir Ibnu Katsir Juz 1, hal : 147, adalah:
1. Dalam Hadits Ahmad, Rasul saw, bersabda : " bahwa surah al-baqarah adalah mahkota al-Qur'an dan aksesorisnya, diwahyukan dengan dikawal 80 malaikat pada setiap ayatnya "
2.Dalam Sunan at-Tirmidzi hadits ke 3121, Sunan an-Nasa'i (10913) dan Sunan Ibnu Majah(1448)yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasul saw bersabda :" setiap sesuatu itu memiliki mahkota, dan mahkota al-Qur'an adalah al-Baqarah, di dalamnya ada satu ayat termulia di dalam al-Qur'an, yakni ayat kursiy "
3. Dalam Musnad Ahmad, shohih Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i, Rasulullah saw bersabda : ' Janganlah kalian jadikan rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surah al-Baqarah tidak akan dimasuki syetan " HR. Tirmidzi.
Dan masih banyak lagi fadhilah lain, diantaranya ada sahabat Hudloir saat membaca surah al-Baqarah pada malam hari saat kuda tunggangannya gelisah dan bergerak-gerak liar, maka secara tiba-tiba diam dan jinak.
Bahasan ayat 2 :
Kitab ( Kitabullah ) pada ayat 2 ini adalah nama lain dari al-Qur'an. Selain itu ada nama lain, seperti : al-Furqaan ( yang membdakan antara yang haq dan yang bathil ) , Adz-Dzikr ( sarana mengingat Allah ). Dan Imam as-Suyuthi menyebutkan dalam kitab " Itqan " nama lain dari al-Qur'an adalah : al-Mubiin, Al-Kariim, al-Kalaam, dan an-Nuur.
Bahwa kandungan al-Qur'an yang memuat tatacara kehidupan yang ditunjukkan oleh Allah adalah sebuah nilai yang tidak perlu diragukan, karena memang tidak ada setitikpun sisi-sisi nilainya yang bisa diragukan, karena al-Qur'an diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad saw, sebagai satu-satunya mukjizat beliau yang dapat dilihat, dirasa dan diambil manfaatnya oleh umat Islam, umat beliau hingga akhir zaman.
Sifat ragu merupakan kebalikan dari rasa yakin, yakni apabila dipahami secara " mafhum mukholafah " akan menghasilkan : " bahwa di dalam al-qur'an itu terdapat nilai-nilai yang harus diyakini kebenaran dan kevalid-annya " untuk menghantar menjadi sifat orang Muttaqin, yaitu orang yang bertakwa dalam arti : melaksanakan seluruh perintah Allah dengan rasa ikhlas dan tawadlu', serta menjauhi larangan-Nya dengan penuh rasa sabar dan tawakkal.
Hal ini dapat dimaknai bahwa : saat awal kelahiran manusia, selalu dalam keadaan suci dan fitrah " Kullu mauluudin yuuladu 'alal fith-rah " ( al-Hadits )
Namun jiwa suci yang bayi tersebut, setelah bersentuhan dengan kepentingan-kepentingan fisik jasmaniyah ( makanan, pakaian dll. ) mulailah terkontaminasi dengan sebu-debu dosa, yang lambat laun kian menebal. Maka Allah menyediakan baginya agama ( Islam ) agar dapat mensucikan debu-debu dosa yang mengotori jiwa ruhaniyah manusia.
Dan dalam perjalan hidup manusia, tentu kepentingan jasmani seringkali menutupi kebutuhan ruhani, sehingga tidak sedikit dari manusia yang alpa dan tersesat jalannya dari jalan yang sebenarnya.
Berkaitan dengan jalan hidup manusia, sesungguhnya kalau diilustrasikan skemanya adalah sebagai berikut :
Nabi Adam as. Diciptakan pertama kali di " surga ". dan sunnatullah, Adam berbuat salah yang membuatnya harus " diturunkan " oleh Allah ke bumi dalam rangka membersihkan dirinya dari dosa, dan itu telah dilakukan oleh nabi Adam sebagai asal muasal manusia, dan taubatnyapun telah diterima Allah swt, sehingga Adam bisa kembali ke " rumah asalnya " yakni surga.
Kalhiran manusia = suci, menjalani hidup di dunia dengan penuh keindahan hidup yang melenakan dan penuh tipu daya, maka yang bisa kembali memperthankan kesucian dapat pulang ke " rumah asal " di surga, adapun yang tidak sempat membersihkan dirinya dari dosa dengan istighfar dan dosa serta menutupi kesalahan dengan amal sholeh segera, maka akan "mampir" ke neraka ( sebagai sarana pensucian dan pembersihan )
Dan di dalam al-Qur'an-lah segala petunjuk-petunjuk Allah agar manusia dapat selamat dari godaan-godaan hidup duniawi, dan dapat mensucikan diri dari dosa dari kesalahan dan kehilafan, karena memang manusia adalah " al- ingsaanu mahallul khoto' wan-nis-yaan " tempatnya salah dan lupa.
Dan tidak satupun manusia yang tidak bersalah/ berdosa, kecuali nabi Muhammad yang memang ma'shum ( terjaga ) dari segala salah dan khilaf. Namun diantara sifat salah dan dosa manusia tersebut, orang taubatlah yang terbaik di antara mereka. Dan dari manakan manusia mengetahui tatacara bertaubat yang benar dan bagaimana pula ia menjaga agar tidah terjatuh kembali pada dosa dan kesalah itu?. Di dalam al-Qur'an-lah ia akan menemukan nila-nilai tatacara hidup yang benar, karena al-Qur'an bersumber Langsung dari Allah swt, sehingga amat mustahil jika ada yang tidah tepat, atau sesuatu yang diragukan, atau sesuatu yang menggoyahkan keyakinan seseorang apabila memakai nila-nilai al-Qur'an tersebut dalam menghantarkannya menggapai kebahagiaan duniawi dan ukhrowi.
Dari paparan diatas, dapatlah disimpulkan bahwa orang yang dapat kembali ke " rumah asal " di surga adalah orang-orang yang bertakwa, yakni melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, yang dapat diketahui dan dipahami dari al-Qur'anul Kariim. Sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur'an dapat dijadikan " way of laife " cara hidup dan gaya hidupnya dalam mengarungi dunia fana ini, sehingga menjadi jiwa dan perilaku insan muttaqin sebagai akhlak mulia yang menghiasi dirinya setiap waktu dan sepanjang masa.
Sebagaimana jawaban yang disampaikan oleh Aisyah ra ( istri nabi saw ) saat ditanya oleh seorang sahabat tentang pola akhlak nabi saw, sehingga diberi gelar oleh Allah sebagai " pribadi yang berakhlak mulia dan paripurna ", maka jawaba Aisyah adalah " Inna khuluqohul Qur-aana " ( Sungguh akhlak beliau adalah al-Qur'an ) yakni bahwa perilaku nabi saw selalu merujuk pada al-Qur'anul Karim dalam bersikap, bertutur kata dan berperilaku.
Maka dalam mengawali mengkaji al-Qur'an haruslah dimulai dengan keyakinan hati yang mantap, bahwa seluruh kandungan nilai dalam al-qur'an adalah memiliki kebenaran yang mutlak untuk membentuk pribadi yang " Muttaqin ".

0 comments:

Posting Komentar

 

Kontak